Mohon tunggu...
dimas muhammad erlangga
dimas muhammad erlangga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktivis GmnI

Baca Buku Dan Jalan Jalan Live In

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jeremy Bentham: Utilitarianisme

24 November 2024   09:30 Diperbarui: 24 November 2024   09:39 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jeremy Bentham (1748--1832) adalah salah satu filsuf terbesar dalam sejarah pemikiran Barat, terutama sebagai pendiri aliran utilitarianisme. Pemikiran Bentham menjadi landasan penting dalam perkembangan etika modern, hukum, dan kebijakan publik. Dalam artikel ini, kita akan membahas inti dari utilitarianisme, kontribusi Bentham, serta relevansinya dalam konteks kontemporer.

#### Apa Itu Utilitarianisme?

Utilitarianisme adalah teori etika yang berfokus pada prinsip "sebesar-besarnya kebahagiaan bagi sebesar-besarnya jumlah orang" ("the greatest happiness for the greatest number"). Dalam pandangan Bentham, tindakan dinilai baik atau buruk berdasarkan konsekuensinya. Jika suatu tindakan menghasilkan lebih banyak kebahagiaan atau manfaat dibandingkan penderitaan, maka tindakan tersebut dianggap benar secara moral.

Prinsip dasar utilitarianisme Bentham didasarkan pada kalkulus kebahagiaan atau "hedonic calculus." Kalkulus ini mencakup sejumlah faktor yang harus dipertimbangkan untuk menilai dampak suatu tindakan, seperti:

1. **Intensitas:** Seberapa kuat kebahagiaan atau penderitaan yang dihasilkan.

2. **Durasi:** Berapa lama kebahagiaan atau penderitaan berlangsung.

3. **Kepastian:** Seberapa besar kemungkinan dampak tersebut terjadi.

4. **Kedekatan:** Seberapa cepat dampak tersebut dirasakan.

5. **Kesuburan:** Kemungkinan dampak tersebut menghasilkan kebahagiaan atau penderitaan lebih lanjut.

6. **Kemurnian:** Sejauh mana dampak tersebut bebas dari unsur penderitaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun