Mohon tunggu...
dimas muhammad erlangga
dimas muhammad erlangga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktivis GmnI

Baca Buku Dan Jalan Jalan Live In

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Lakunya Nasakom di Palestina

21 November 2024   06:46 Diperbarui: 21 November 2024   07:33 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gagasan Nasakom (Nasionalisme, Agama, dan Komunisme) yang dirumuskan oleh Presiden Soekarno pada 1950-an hingga 1960-an menjadi simbol usaha menyatukan berbagai ideologi demi kepentingan bangsa. Konsep ini, meskipun kontroversial di Indonesia, ternyata secara tidak langsung dapat menjadi inspirasi dalam konteks konflik Israel-Palestina yang tak kunjung usai. Palestina menghadapi tantangan besar dalam menyatukan kekuatan lintas ideologi untuk memperkuat perjuangan melawan pendudukan Israel dan mencari solusi damai. Dengan meninjau relevansi Nasakom, kita dapat memahami potensi dan rintangan dalam membangun persatuan di Palestina.

Palestina: Dinamika Konflik dan Perpecahan Internal

Sejak 1948, konflik Palestina-Israel telah menjadi isu global. Pendudukan wilayah oleh Israel, pembangunan permukiman ilegal, dan pengusiran warga Palestina memicu penderitaan besar. Data menunjukkan bahwa pada 2023, kekerasan di wilayah Palestina meningkat tajam, dengan lebih dari 460 warga Palestina tewas akibat operasi militer Israel, termasuk serangan terhadap warga sipil. Di sisi lain, serangan balasan oleh kelompok bersenjata Palestina juga menewaskan puluhan warga Israel, menunjukkan siklus kekerasan yang terus berlanjut.

Namun, tantangan di Palestina tidak hanya berasal dari luar. Perpecahan internal antara faksi politik seperti Hamas dan Fatah menjadi salah satu hambatan utama. Hamas, dengan ideologi Islamisnya, dan Fatah, yang berlandaskan nasionalisme sekuler, bahkan PFLP (Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina) yang berhaluan Kiri sering kali memiliki pandangan berbeda dalam mengelola konflik dan membangun strategi politik. Ketegangan ini membuat perjuangan Palestina menjadi terpecah, memperlemah posisi mereka di hadapan Israel dan komunitas internasional.

Dalam konteks ini, pendekatan yang menyerupai Nasakom dapat menjadi model untuk menjembatani perbedaan tersebut. Prinsip kolaborasi lintas ideologi memungkinkan semua pihak di Palestina bersatu demi tujuan bersama, yaitu mencapai kemerdekaan penuh dan menghentikan penderitaan rakyat Palestina.

Nasakom: Inspirasi dari Sejarah Indonesia

Nasakom muncul sebagai solusi Soekarno dalam menghadapi ketegangan ideologis di Indonesia pasca-kemerdekaan. Konsep ini dirancang untuk menyatukan kelompok nasionalis, agama, dan komunis yang sering kali bersitegang, sehingga menciptakan harmoni politik demi kepentingan bangsa. Meski akhirnya gagal diterapkan secara menyeluruh di Indonesia akibat peristiwa G30S/PKI, gagasan ini menawarkan pelajaran penting tentang bagaimana ideologi yang berbeda dapat diarahkan pada kerja sama.

Di Palestina, prinsip serupa dapat digunakan untuk mengatasi ketegangan antara faksi nasionalis seperti Fatah, kelompok Islamis seperti Hamas, dan elemen kiri seperti PFLP maupun DFLP (Front Demokratik untuk Pembebasan Palestina) yang juga mendukung perjuangan Palestina. Persatuan ini menjadi lebih penting mengingat Palestina menghadapi tekanan besar dari Israel, yang terus membangun permukiman di wilayah pendudukan. Data dari OCHA menunjukkan bahwa pada 2024, lebih dari 1.200 warga Palestina telah kehilangan tempat tinggal akibat kebijakan ini, yang sering kali dilakukan dengan kekerasan.

Tantangan dalam Menerapkan Pendekatan Nasakom

Meskipun Nasakom menawarkan model inspiratif, tantangan implementasinya di Palestina sangat kompleks. Salah satu hambatan terbesar adalah ketegangan ideologis yang sudah mendarah daging di antara faksi-faksi Palestina. Hamas, misalnya, memiliki basis ideologis yang sangat berbeda dari Fatah, begitu juga PFLP yang berusaha menempatkan diri berbeda dengan Hamas maupun Fatah, sehingga kerja sama sering kali sulit dijalankan. Selain itu, tekanan internasional dan pengaruh negara-negara besar, termasuk Amerika Serikat dan Israel, sering kali memperkeruh situasi, memperparah perpecahan di antara kelompok Palestina.

Pada saat yang sama, situasi di lapangan terus memburuk. Serangan militer Israel yang intensif pada awal 2024 telah menyebabkan ratusan warga Palestina tewas dan ribuan lainnya kehilangan tempat tinggal. Krisis ini semakin menekankan pentingnya persatuan lintas ideologi di Palestina untuk menghadapi tekanan eksternal secara lebih efektif.

Peran Komunitas Internasional dan Relevansi Nasakom

Konsep Nasakom juga relevan dalam konteks peran internasional. Indonesia, sebagai salah satu negara yang konsisten mendukung Palestina, memiliki pengalaman unik dengan gagasan ini. Dengan mendorong dialog lintas ideologi, Indonesia dapat memberikan kontribusi signifikan dalam memfasilitasi pembicaraan damai di antara faksi-faksi Palestina.

Pada Mei 2024, PBB mengadopsi resolusi baru yang memberikan hak tambahan kepada Palestina di tingkat internasional, meski mendapat penolakan dari Israel dan sekutunya. Langkah ini menunjukkan bahwa dukungan global terhadap Palestina masih ada, meskipun tantangan politik tetap besar.

Di sisi lain, komunitas internasional juga perlu menekan Israel untuk menghentikan pelanggaran hak asasi manusia. Data menunjukkan bahwa sejak awal 2023, kekerasan oleh pemukim Israel terhadap warga Palestina meningkat tajam, sementara sistem hukum Israel sering kali gagal memberikan keadilan. Dalam situasi seperti ini, pendekatan lintas ideologi di Palestina menjadi semakin relevan untuk memperkuat posisi mereka dalam negosiasi internasional.

Kesimpulan: Membangun Persatuan demi Masa Depan Palestina

Nasakom, meskipun berakar pada konteks sejarah Indonesia, memiliki relevansi yang menarik di Palestina. Dalam menghadapi tantangan besar, dari pendudukan Israel hingga perpecahan internal, pendekatan lintas ideologi dapat menjadi solusi untuk memperkuat perjuangan Palestina. Namun, implementasi gagasan ini memerlukan komitmen yang kuat dari semua pihak di Palestina, serta dukungan aktif dari komunitas internasional.

Dengan mengambil pelajaran dari sejarah, Palestina dapat membangun landasan yang lebih kokoh untuk menghadapi tantangan masa depan. Pendekatan Nasakom tidak hanya menawarkan model kerja sama, tetapi juga mengingatkan kita akan pentingnya persatuan dalam menghadapi situasi yang kompleks. Di tengah tekanan geopolitik dan krisis kemanusiaan, hanya dengan bersatu Palestina dapat meraih kemerdekaan sejati dan menghentikan penderitaan rakyatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun