Pengalaman negara lain, seperti Jerman dan Selandia Baru, yang menerapkan sistem campuran dapat memberikan pelajaran berharga bagi Indonesia. Di Jerman, sistem campuran telah membentuk parlemen yang cukup stabil, sementara di Selandia Baru, sistem ini membantu menjaga kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan karena partai-partai yang lebih kecil juga mendapat representasi yang adil.Â
Studi kasus ini menunjukkan bahwa meski sistem campuran memerlukan adaptasi yang cukup kompleks, hasilnya dapat meningkatkan stabilitas dan efektivitas pemerintahan serta mendorong partisipasi politik yang lebih sehat.
Kesimpulan
Menerapkan sistem pemilu campuran di Indonesia bisa menjadi solusi yang menjanjikan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi oleh sistem proporsional terbuka saat ini.Â
Dengan mengombinasikan keunggulan dari sistem mayoritarian dan proporsional, Indonesia bisa mendapatkan parlemen yang lebih stabil namun tetap inklusif, di mana kepentingan berbagai kelompok masyarakat dapat terwakili.Â
Meski tantangan dalam implementasinya cukup besar, langkah ini sepadan dengan potensi keuntungan yang ditawarkan bagi kualitas demokrasi dan pemerintahan di Indonesia.
Perubahan menuju sistem pemilu campuran memerlukan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pendidikan kepada masyarakat agar mereka memahami peran penting mereka dalam pemilihan ini. Jika dijalankan dengan benar, sistem campuran dapat membawa Indonesia menuju era politik yang lebih stabil, efektif, dan responsif terhadap kebutuhan rakyat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H