Selain itu, delegitimasi kongres dapat merusak citra GMNI di mata masyarakat luas. GMNI dikenal sebagai organisasi dengan integritas dan komitmen terhadap nilai-nilai kebangsaan. Jika organisasi ini terus-menerus dilanda konflik internal, masyarakat akan kehilangan kepercayaan terhadap GMNI sebagai organisasi yang mewakili aspirasi rakyat kecil. Konflik yang berkepanjangan hanya akan membuat organisasi kehilangan relevansi di tengah persaingan dengan organisasi lain yang lebih solid dan mampu menyampaikan aspirasi mereka secara kolektif.
Belajar dari Sejarah: Perlunya Rekonsiliasi
Melihat pengalaman sejarah, perpecahan dalam organisasi sering kali membawa dampak buruk jangka panjang. Sejarah menunjukkan bahwa organisasi-organisasi besar yang pernah mengalami konflik internal, termasuk di kalangan gerakan mahasiswa, sering kali mengalami penurunan pengaruh karena energi mereka terkuras untuk mengurusi perpecahan internal daripada memperjuangkan tujuan bersama.
Dalam konteks ini, upaya rekonsiliasi dan pendekatan inklusif menjadi kunci. GMNI perlu belajar dari pengalaman organisasi-organisasi lain yang telah berhasil menyelesaikan perpecahan internal. Dibutuhkan kesadaran dari setiap anggota untuk meletakkan kepentingan organisasi di atas kepentingan pribadi atau kelompok. Jika ada perbedaan pandangan, semestinya hal ini diselesaikan melalui mekanisme organisasi yang ada, bukan dengan mendelegitimasi hasil kongres yang telah berjalan sesuai prosedur.
Kesimpulan: Apakah Pantas Mendelegitimasi Hasil Kongres 2015?
Pada akhirnya, mendelegitimasi hasil kongres bukanlah solusi yang bijak. Alih-alih berfokus pada perdebatan yang tidak produktif, GMNI sebaiknya menempatkan persatuan dan kebersamaan sebagai prioritas utama. Jika ada ketidakpuasan terhadap hasil kongres, alangkah lebih baik jika disampaikan melalui jalur yang konstruktif dan tidak merusak integritas organisasi.
Kongres GMNI 2015, dengan segala dinamikanya, adalah bagian dari perjalanan organisasi ini. Menjadi tantangan bagi GMNI untuk terus memelihara semangat persatuan di tengah perbedaan pandangan. Karena pada akhirnya, GMNI bukan hanya milik satu kelompok atau individu, melainkan milik seluruh anggota yang memiliki komitmen terhadap cita-cita marhaenisme. Menghormati hasil kongres adalah bentuk penghargaan terhadap proses demokrasi dan sejarah panjang perjuangan GMNI.
Jika GMNI ingin tetap relevan dan mampu memberikan kontribusi nyata bagi rakyat kecil, maka perpecahan internal harus dihindari. Organisasi perlu berfokus pada kerja nyata dan meninggalkan perdebatan yang tidak konstruktif. Hanya dengan bersatu, GMNI dapat menjalankan perannya sebagai motor penggerak perubahan dan tetap menjadi rumah bagi perjuangan kaum marhaen.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H