Dengan mengenakan seragam dan tanda pengenal resmi, saya merasa ini adalah awal dari pengabdian saya untuk negeri dan ini adalah pengalaman pertama saya menjadi penyelenggara pemilu tingkat paling bawah tapi terdepan.
Pada saat dilantik, saya berjanji dalam hati untuk menjalankan tugas ini dengan sebaik-baiknya, menjaga netralitas, dan melayani masyarakat dengan profesionalisme.
Pada hari itu, kami tidak hanya dilantik sebagai anggota KPPS, tetapi juga diberikan amanah besar sebagai pengawal demokrasi.
Setiap anggota KPPS diingatkan untuk menjaga integritas, mengutamakan kepentingan rakyat, serta memastikan bahwa seluruh proses pemungutan suara berjalan lancar. Amanah ini terasa sangat berat, namun juga sangat mulia.
Tantangan dan Harapan di Hari-H Pemungutan Suara
Sebagai anggota KPPS, saya menyadari bahwa tugas kami tidak selesai hanya pada saat dilantik. Justru, inilah awal dari serangkaian tugas berat yang harus kami laksanakan pada hari pemungutan suara.
Tantangan pertama yang mungkin dihadapi adalah memastikan semua logistik pemilu, seperti kotak suara, surat suara, dan alat tulis, tersedia dengan lengkap. Setiap detail harus dipastikan dengan teliti agar tidak ada kekurangan yang bisa mengganggu kelancaran pemungutan suara.
Selain itu, menjaga ketertiban di TPS menjadi salah satu tugas utama kami. Setiap pemilih yang datang harus dilayani dengan baik, namun kami juga harus tetap tegas dalam menerapkan aturan.
Misalnya, memastikan pemilih tidak membawa alat elektronik ke dalam bilik suara atau memastikan setiap orang yang mencoblos adalah mereka yang terdaftar di daftar pemilih. KPPS juga harus siap menghadapi potensi protes dari masyarakat jika ada hal-hal yang dianggap tidak sesuai prosedur. Di sinilah kemampuan komunikasi dan kesabaran benar-benar diuji.
Tidak hanya itu, setelah proses pemungutan suara selesai, kami juga harus melakukan penghitungan suara dengan teliti dan transparan.