Mohon tunggu...
dimas muhammad erlangga
dimas muhammad erlangga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktivis GmnI

Baca Buku Dan Jalan Jalan Live In

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Sosialisme dan Otoritarianisme, Apakah Sosialisme Akan Selalu Berakhir dengan Rezim Otoriter?

9 November 2024   02:37 Diperbarui: 9 November 2024   02:57 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun, sejak era Deng Xiaoping, Tiongkok telah mengadopsi reformasi ekonomi yang lebih terbuka, meskipun tetap mempertahankan kontrol politik yang ketat. Kasus ini menunjukkan bagaimana faktor internal seperti kepemimpinan dan strategi politik dapat berperan besar dalam menentukan apakah sosialisme akan berkembang ke arah otoritarianisme atau tidak.

Selain itu, munculnya rezim otoriter juga bisa terjadi dalam sistem kapitalis. Negara kapitalis yang sangat tidak merata secara sosial-ekonomi dapat mengalami ketegangan yang menyebabkan elite ekonomi mengonsolidasikan kekuasaan politik demi melindungi kepentingan mereka.

 Hal ini bisa berujung pada bentuk otoritarianisme, di mana kebebasan politik ditekan demi menjaga stabilitas ekonomi dan kekuasaan elite. Beberapa negara di Amerika Latin, seperti Chile dan Argentina, pernah mengalami kediktatoran militer pro-kapitalis yang represif. Di bawah kediktatoran militer ini, kebebasan politik ditekan, dan kekuasaan difokuskan pada elit yang mendukung model ekonomi kapitalis.

Maka, pertanyaan apakah sosialisme akan selalu berakhir dengan rezim otoriter menjadi kompleks dan memerlukan perspektif yang lebih luas. Di satu sisi, sosialisme bisa berkembang menjadi otoriter terutama ketika dijalankan dalam konteks pemerintahan yang menolak prinsip-prinsip demokrasi dan hak asasi manusia. 

Di sisi lain, sosialisme juga bisa menciptakan masyarakat yang lebih egaliter tanpa mengorbankan kebebasan politik, terutama bila dijalankan dalam kerangka demokrasi yang kuat dan dalam kondisi stabil, seperti yang terlihat dalam model sosialisme demokratik di negara-negara Nordik.

Sebagai penutup, sosialisme memang memiliki potensi untuk menjadi otoriter, terutama ketika diimplementasikan dengan pengendalian negara yang besar dan ketika menghadapi ancaman internal maupun eksternal. Namun, sejarah menunjukkan bahwa otoritarianisme bukanlah hasil yang pasti dari sosialisme. 

Faktor-faktor lain seperti kepemimpinan, tekanan eksternal, dan budaya politik setempat berperan besar dalam menentukan apakah sosialisme akan berkembang menjadi sistem yang represif atau justru sistem yang lebih adil. Di era modern, sosialisme dapat dieksplorasi kembali dengan memadukannya bersama prinsip-prinsip demokrasi yang menghargai hak-hak politik dan kebebasan individu untuk mencapai keseimbangan antara pemerataan dan kebebasan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun