Sejak digaungkan oleh Presiden Soekarno pada 1960, Amanat Penderitaan Rakyat (Ampera) menjadi tonggak arah pembangunan Indonesia dengan semangat Trisakti yang mencakup berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam budaya. Nilai-nilai ini memiliki potensi besar untuk menjadi landasan dalam membangun sistem pendidikan yang menumbuhkan kemandirian, nasionalisme, dan daya saing siswa Indonesia.
Kurikulum pendidikan berdasarkan Ampera akan membantu siswa lebih siap menghadapi tantangan lokal maupun global sambil mengakar kuat pada budaya dan kemandirian bangsa. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi bagaimana Ampera dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan dengan memanfaatkan data dan tren terbaru dalam dunia pendidikan.
1. Penguatan Pendidikan Berbasis Nasionalisme dan Kemandirian
Ampera menekankan pentingnya kemandirian bangsa, terutama dalam hal ekonomi dan kebudayaan. Di era digital saat ini, pendidikan sering kali berorientasi pada keterampilan teknis yang hanya berfokus pada pasar tenaga kerja global. Mengubah perspektif ini akan mengarahkan siswa untuk berpikir lebih kreatif, solutif, dan nasionalis dalam menghadapi persoalan bangsa.
Kurikulum yang menekankan pada kemandirian ekonomi dapat dilakukan dengan menambahkan program kewirausahaan sejak dini. Data dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menunjukkan bahwa hanya sekitar 3% siswa SMA dan SMK yang memperoleh pendidikan kewirausahaan yang memadai pada 2023. Kurikulum berlandaskan Ampera bisa mendorong peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan kewirausahaan, menciptakan lulusan yang mampu menciptakan lapangan kerja bagi dirinya dan masyarakat sekitar.
2. Pendidikan Karakter Berdasarkan Trisakti
Menurut kajian terbaru dari Kemendikbud, karakter siswa Indonesia masih banyak yang belum sejalan dengan nilai-nilai Pancasila, seperti gotong royong dan toleransi. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai Trisakti dalam kurikulum, kita dapat meningkatkan pendidikan karakter yang berorientasi pada cinta tanah air, gotong royong, dan menghargai keberagaman.
Kurikulum ini juga bisa menambahkan pelajaran sejarah bangsa dengan pendekatan yang lebih kontekstual dan aplikatif. Pembelajaran sejarah yang diambil dari nilai-nilai perjuangan Ampera akan membantu siswa mengenal lebih dalam perjuangan para pendiri bangsa, serta menumbuhkan kebanggaan dan rasa memiliki terhadap bangsa Indonesia.
3. Pendidikan Kritis untuk Menghadapi Era Global
Pendidikan berlandaskan Ampera juga dapat membangun siswa yang kritis dalam melihat masalah sosial, ekonomi, dan politik di sekitarnya. Dalam laporan UNICEF Indonesia (2023), hanya sekitar 20% siswa yang mampu berpikir kritis di tingkat dasar. Dengan merumuskan kurikulum yang menggabungkan pendidikan kritis berbasis Ampera, siswa akan dibekali kemampuan untuk memahami situasi sosial dan politik secara lebih mendalam, mengajak mereka turut serta dalam perbaikan kondisi bangsa.