Mohon tunggu...
dimas muhammad erlangga
dimas muhammad erlangga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktivis GmnI

Baca Buku Dan Jalan Jalan Live In

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Bersihkan GmnI dari Kiri-Avonturis!

2 November 2024   17:18 Diperbarui: 2 November 2024   18:40 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GmnI) adalah salah satu organisasi yang memiliki peran besar dalam membentuk kesadaran nasionalisme di kalangan pemuda Indonesia. Dikenal sebagai organisasi yang mendalami ajaran Soekarno, GmnI bertujuan membentuk kader yang berjiwa nasionalis-kiri, Pancasilais, dan memperjuangkan kaum marhaen. Namun, seiring waktu, muncul kekhawatiran bahwa GmnI tengah bergeser dari jalurnya, dipengaruhi oleh elemen-elemen kiri-avonturis yang cenderung merusak pondasi ideologis organisasi ini.

Apa Itu Kiri-Avonturis dan Mengapa Berbahaya?

Kiri-avonturis adalah istilah untuk menggambarkan kelompok atau individu yang mengusung ideologi kiri dengan cara yang oportunistik dan tidak realistis. Mereka seringkali bersifat provokatif, mengagungkan radikalisme tanpa mempertimbangkan nilai-nilai dasar Pancasila dan kepentingan nasional. Kelompok ini bukan hanya berisiko menimbulkan konflik internal, tetapi juga dapat merusak citra GmnI sebagai organisasi yang nasionalis-kiri dan marhaenistik. Kiri-avonturis cenderung mengabaikan pendekatan yang berbasis pada keseimbangan, dialog, dan musyawarah, nilai-nilai yang sesungguhnya menjadi dasar organisasi GmnI.

Kehadiran unsur-unsur kiri-avonturis dalam GmnI bukanlah fenomena yang sepele. Jika dibiarkan, mereka berpotensi mengarahkan GmnI ke jalan yang menyimpang dari cita-cita besar Bung Karno yang mendambakan Indonesia yang kuat dan berdaulat di atas dasar Pancasila. Oleh karena itu, langkah-langkah serius harus diambil untuk memastikan bahwa GmnI tetap teguh pada prinsipnya sebagai organisasi nasionalis-kiri yang berpijak pada ajaran Marhaenisme.

Mengapa GmnI Harus Berpegang pada Nasionalisme-Soekarnoisme?

Sebagai organisasi yang berakar pada pemikiran Bung Karno, GmnI seharusnya tetap teguh pada prinsip nasionalisme Indonesia yang mengutamakan kepentingan rakyat dan menjaga kesatuan bangsa. Soekarnoisme menekankan pentingnya mempertahankan ideologi Pancasila sebagai dasar negara, menghindari pembusukan terhadap persatuan, serta mempromosikan harmoni dan gotong royong. Kiri-avonturis yang berupaya menyusup ke dalam GmnI kerap kali bertentangan dengan nilai-nilai ini, cenderung menebarkan perpecahan melalui ide-ide non-rasional yang tidak sesuai dengan karakter bangsa Indonesia.

Soekarnoisme adalah landasan utama yang memberikan arah yang jelas bagi gerakan mahasiswa di Indonesia. Melalui ajaran Soekarno, GmnI memiliki kompas ideologis yang mencakup kebangsaan, kerakyatan, dan keadilan sosial. Unsur-unsur kiri-avonturis berpotensi menggeser pemahaman kader-kader muda GmnI dari nasionalisme menjadi radikalisme yang justru dapat merugikan GmnI dalam jangka panjang. Jika GmnI terseret dalam agenda-agenda Avonturisme yang ekstrem, bukan tidak mungkin mereka akan kehilangan dukungan dari masyarakat yang menilai gerakan ini sebagai lebih radikalistik dan tidak relevan dengan konteks Indonesia.

Langkah-langkah untuk Membersihkan GmnI dari Kiri-Avonturis

1. Memperkuat Pemahaman Ideologi Soekarnoisme di Kalangan Kader Salah satu langkah penting adalah memberikan pendidikan dan pembinaan intensif mengenai ideologi Soekarnoisme dan Marhaenisme kepada kader-kader GmnI. Materi ini seharusnya mencakup pemahaman mendalam tentang Pancasila, nasionalisme, dan pemikiran Bung Karno. Dengan pembinaan yang solid, kader akan memiliki landasan yang kuat untuk memahami mana yang sesuai dengan prinsip organisasi dan mana yang berbahaya bagi keutuhan GmnI.

2. Mengidentifikasi dan Menghadapi Kelompok Kiri-Avonturis GmnI perlu memiliki mekanisme untuk mengidentifikasi anggota atau kelompok yang mengusung ideologi kiri yang ekstrem dan bertindak oportunistik. Langkah ini dapat diambil melalui pendekatan dialogis, menegaskan kembali komitmen ideologis, dan jika perlu, memberikan sanksi kepada mereka yang terbukti berusaha menggeser organisasi dari prinsip-prinsip dasarnya. Hal ini penting untuk memastikan bahwa GmnI tetap solid dan tidak mudah terpecah belah.

3. Mengadakan Diskusi Ideologis secara Teratur Diskusi ideologis secara teratur dapat menjadi ajang untuk mengkaji pemikiran-pemikiran baru dalam bingkai nasionalisme yang sehat. Melalui forum ini, GmnI bisa menjaga agar organisasi tetap berkembang sesuai dengan perubahan zaman tanpa kehilangan jati dirinya. Diskusi ini juga dapat membantu kader dalam membedakan antara pandangan-pandangan progresif yang sesuai dengan Pancasila dan pandangan radikal yang bertentangan dengan prinsip dasar GmnI.

4. Menegaskan Komitmen kepada Pancasila dan Marhaenisme GmnI harus senantiasa menegaskan komitmennya terhadap Pancasila dan ajaran Marhaenisme sebagai panduan ideologis. Kader GmnI perlu memahami bahwa Pancasila adalah satu-satunya dasar yang dapat mengakomodasi keberagaman bangsa Indonesia, dan bahwa Marhaenisme mengutamakan kepentingan rakyat kecil dalam kerangka nasionalisme yang inklusif. Dengan demikian, kader tidak akan mudah tergoda oleh ide-ide kiri ekstrem yang mengancam kebhinekaan dan persatuan bangsa.

5. Meningkatkan Kaderisasi yang Berbasis pada Nilai Pancasila Proses kaderisasi yang berkesinambungan dan berbasis pada nilai Pancasila dan Marhaenisme harus diperkuat agar GmnI dapat mencetak pemimpin-pemimpin masa depan yang nasionalis dan berjiwa patriotik. Kaderisasi yang sehat akan menghasilkan anggota yang tidak hanya memiliki pengetahuan mendalam tentang ideologi organisasi, tetapi juga memiliki sikap yang tangguh dalam mempertahankan prinsip-prinsip tersebut di tengah arus globalisasi yang seringkali membawa paham-paham asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa.

Menjaga Relevansi GmnI di Era Modern

Membersihkan GmnI dari pengaruh kiri-avonturis tidak hanya penting untuk menjaga keutuhan organisasi, tetapi juga untuk memastikan bahwa GmnI tetap relevan di era modern. Sebagai salah satu organisasi mahasiswa tertua di Indonesia, GmnI memiliki tanggung jawab besar untuk terus menjadi penjaga ideologi Pancasila dan mempersiapkan kader-kader nasionalis-kiri yang siap membangun bangsa. Dengan fokus pada nilai-nilai dasar yang diwariskan oleh Bung Karno, GmnI dapat menjadi pelopor gerakan mahasiswa yang memperjuangkan kepentingan rakyat kecil tanpa kehilangan arah dalam labirin ideologi yang penuh godaan.

Di era ketika banyak organisasi mahasiswa terpengaruh oleh radikalisme dan ekstremisme, GmnI harus menjadi teladan bagi generasi muda dalam memegang teguh prinsip nasionalisme. GmnI yang bersih dari pengaruh kiri-avonturis akan memiliki kekuatan moral dan ideologis yang tak tergoyahkan, siap menghadapi tantangan zaman dengan kepala tegak dan komitmen yang kuat terhadap keutuhan bangsa Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun