Rene Descartes, seorang filsuf, matematikawan, dan ilmuwan asal Prancis, dikenal sebagai "Bapak Filsafat Modern." Pemikirannya, terutama dalam Discours de la Mthode (1637) atau Diskursus tentang Metode, membawa perubahan besar dalam sejarah filsafat. Karya ini adalah salah satu upaya Descartes untuk menguraikan pendekatan baru dalam mencari kebenaran, yang berbeda dari metode skolastik tradisional yang dominan di Eropa pada saat itu. Descartes menciptakan fondasi bagi metode ilmiah modern dan menginspirasi revolusi intelektual yang dikenal sebagai Zaman Pencerahan (Enlightenment).
Tulisan ini akan menjelaskan bagaimana konsep diskursus dan metode dalam pemikiran Descartes membentuk dasar bagi cara pandang rasionalis dan ilmiah yang kita kenal saat ini. Dengan menelusuri inti pemikirannya, kita akan memahami bagaimana Descartes menghadirkan pendekatan sistematis untuk mencari kebenaran melalui penggunaan akal budi dan metode skeptisisme metodis.
Latar Belakang Pemikiran Descartes
Descartes lahir pada tahun 1596 di La Haye en Touraine, Prancis, dan dididik dalam tradisi skolastik yang menggabungkan ajaran Aristotelian dan teologi Katolik. Namun, Descartes segera merasakan ketidakpuasan terhadap filsafat skolastik karena dirasakannya terlalu dogmatis dan tidak memberikan landasan yang kokoh untuk memperoleh pengetahuan yang pasti.
Pada awal abad ke-17, dunia pemikiran Eropa diguncang oleh temuan-temuan ilmiah yang mengubah cara pandang terhadap alam semesta. Revolusi ilmiah yang dipelopori oleh tokoh seperti Galileo Galilei dan Johannes Kepler memperkenalkan pendekatan yang lebih eksperimental dan matematis dalam memahami realitas. Descartes, yang juga tertarik dengan matematika dan ilmu alam, ingin menemukan landasan filosofis yang kokoh untuk ilmu pengetahuan yang berkembang ini. Diskursus tentang Metode adalah jawaban Descartes atas kegelisahan tersebut.
Metode Keraguan dan Cogito Ergo Sum
Salah satu kontribusi terpenting Descartes adalah metode skeptisisme metodisnya. Dalam Diskursus tentang Metode, Descartes menganjurkan untuk meragukan segala sesuatu yang bisa diragukan agar dapat menemukan fondasi pengetahuan yang tak terbantahkan. Baginya, kebenaran harus didasarkan pada kepastian absolut, bukan sekadar kebiasaan atau otoritas. Maka dari itu, dia berusaha meragukan semua hal, termasuk kesaksian indera, realitas dunia luar, dan bahkan keberadaan dirinya sendiri.
Namun, dalam proses meragukan segalanya, Descartes menemukan bahwa ada satu hal yang tidak bisa diragukan, yaitu fakta bahwa dia meragukan. Dengan kata lain, keraguannya sendiri membuktikan bahwa dia ada sebagai subjek yang berpikir. Inilah yang melahirkan ungkapan terkenalnya: Cogito ergo sum -- "Aku berpikir, maka aku ada."
Melalui prinsip Cogito ergo sum, Descartes menemukan fondasi pengetahuan yang dia cari: pikiran atau kesadaran diri adalah sesuatu yang pasti dan tidak bisa dibantah. Dari sinilah dia membangun sistem pengetahuan yang lebih luas, dengan akal budi sebagai alat utama untuk mencapai kebenaran.
Metode Descartes