Mohon tunggu...
dimas muhammad erlangga
dimas muhammad erlangga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktivis GmnI

Baca Buku Dan Jalan Jalan Live In

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Martin Heidegger: Nihilisme Eksistensial

19 Oktober 2024   02:48 Diperbarui: 19 Oktober 2024   03:22 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.thephilroom.com

Namun, ketika manusia mulai merenungkan eksistensi mereka, mereka dihadapkan pada kenyataan bahwa kehidupan itu sendiri tidak memiliki makna yang sudah pasti. Di sinilah nihilisme eksistensial muncul. Ketika manusia menyadari keterbatasan dan kefanaan hidup mereka, serta ketiadaan jaminan makna dalam dunia yang serba berubah, mereka bisa jatuh ke dalam perasaan absurd dan hampa. Heidegger menggambarkan kondisi ini sebagai perasaan angst -- kecemasan mendalam yang timbul dari konfrontasi dengan ketiadaan makna yang inheren dalam kehidupan.

Nihilisme Eksistensial sebagai Peluang

Meskipun nihilisme eksistensial sering dikaitkan dengan perasaan kehilangan, kekosongan, dan keputusasaan, Heidegger melihatnya sebagai kesempatan untuk merefleksikan kembali hubungan manusia dengan "Ada." Dalam pandangannya, ketika manusia menghadapi kekosongan nihilisme, mereka sebenarnya diberikan peluang untuk memahami kembali esensi keberadaan mereka.

Heidegger menyarankan bahwa manusia harus melampaui cara berpikir tradisional yang memandang keberadaan hanya dari perspektif benda-benda yang ada, dan kembali ke pertanyaan tentang apa artinya menjadi. 

Ia menawarkan jalan keluar dari nihilisme melalui konsep "keaslian" (authenticity). Menurut Heidegger, untuk hidup secara otentik, manusia harus menerima keterbatasan dan kefanaan mereka tanpa menghindarinya atau mencari penghiburan dalam keyakinan metafisika yang dangkal. Hanya dengan menghadapi ketiadaan makna ini secara langsung, manusia dapat mulai hidup dengan kesadaran penuh akan keberadaan mereka sendiri.

Teknologi dan Ancaman Terhadap Eksistensi

Selain eksistensi individu, Heidegger juga sangat kritis terhadap perkembangan teknologi modern yang ia anggap sebagai manifestasi dari nihilisme yang lebih besar dalam peradaban Barat. Dalam esainya yang terkenal, "The Question Concerning Technology" (Pertanyaan Mengenai Teknologi), Heidegger mengkritik cara teknologi mengubah cara manusia memahami dunia dan diri mereka sendiri.

 Teknologi, dalam pandangan Heidegger, mengkondisikan manusia untuk melihat alam dan diri mereka sendiri sebagai objek yang bisa dimanipulasi dan dikuasai. Akibatnya, hubungan manusia dengan "Ada" semakin terasing, dan dunia semakin dilihat sebagai sekadar sarana untuk memenuhi tujuan-tujuan instrumental.

Menurut Heidegger, nihilisme yang dihasilkan oleh teknologi adalah salah satu bentuk yang paling berbahaya, karena ia menyembunyikan keterasingan manusia dari eksistensinya sendiri dengan memberikan ilusi kontrol dan kepastian. Padahal, di balik itu, manusia semakin kehilangan kontak dengan pertanyaan mendasar tentang "Ada" dan makna kehidupan.

Penutup: Heidegger dan Nihilisme sebagai Tantangan Filosofis

Bagi Heidegger, nihilisme eksistensial bukanlah akhir dari pencarian makna, melainkan titik awal untuk merefleksikan kembali apa artinya menjadi manusia. Ia menantang kita untuk tidak mencari makna di luar diri kita, tetapi untuk menerima keterbatasan hidup dan menjadikannya sebagai dasar untuk hidup secara otentik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun