1. Pengusaha Penerima BLBI
Banyak bank penerima bantuan BLBI dimiliki oleh pengusaha besar yang memiliki koneksi kuat dengan pemerintah. Mereka yang menerima bantuan likuiditas seharusnya menggunakan dana tersebut untuk menyelamatkan bank mereka, tetapi justru menggunakan dana itu untuk memperkaya diri sendiri. Beberapa pemilik bank bahkan menutup bank mereka setelah menerima BLBI, sementara dana likuiditas sudah dialihkan ke aset-aset pribadi.
2. Peran Pemerintah dan Bank Indonesia
Selain pengusaha, pemerintah dan Bank Indonesia saat itu juga tidak bisa lepas dari tanggung jawab. Dalam situasi krisis, keputusan yang terburu-buru dan kurang pengawasan menyebabkan dana BLBI disalurkan tanpa kontrol yang memadai. Pengawasan atas penggunaannya juga sangat lemah, membuka celah bagi berbagai penyelewengan. Bank Indonesia saat itu seharusnya memiliki tanggung jawab penuh atas kebijakan yang mereka keluarkan, namun kenyataannya, pengawasan lemah memperburuk situasi.
3. Campur Tangan Oligarki
Banyak pihak meyakini bahwa kasus BLBI juga melibatkan oligarki, kelompok elit yang memiliki pengaruh besar di pemerintahan. Oligarki ini menggunakan kekuatan ekonomi dan politik mereka untuk melindungi kepentingan pribadi mereka dalam kasus ini. Keterlibatan para elit yang memiliki hubungan erat dengan penguasa semakin memperkuat teori bahwa ada "dalang" di balik kasus ini yang hingga kini belum terungkap.
Upaya Penegakan Hukum
Selama bertahun-tahun, kasus BLBI telah melewati berbagai fase penyelidikan, namun hasilnya belum memuaskan masyarakat. Meski beberapa tersangka telah dijerat hukum, seperti Sjamsul Nursalim dan istrinya Itjih Nursalim yang diduga terlibat dalam penyalahgunaan dana BLBI melalui Bank Dagang Nasional Indonesia (BDNI), proses hukum terhadap mereka cenderung lambat dan kontroversial. Sjamsul dan Itjih bahkan menjadi buronan dan tinggal di luar negeri hingga kini.
Di sisi lain, pemerintah terus mencoba menagih dana BLBI yang hilang melalui Satgas BLBI yang dibentuk pada 2021. Satgas ini bertugas mengejar aset-aset dari obligor yang dianggap bertanggung jawab, meskipun hasilnya juga masih belum signifikan. Pengembalian aset negara dalam jumlah besar tetap menjadi tantangan besar karena banyak dari obligor sudah mengalihkan aset mereka atau berada di luar negeri.
Kesimpulan
Kasus BLBI mencerminkan betapa lemahnya sistem pengawasan dan penegakan hukum di Indonesia pada masa itu, yang memungkinkan terjadinya penyelewengan dalam skala besar. Hingga kini, banyak pihak masih bertanya-tanya siapa sebenarnya dalang di balik kasus ini. Apakah pengusaha nakal, pejabat pemerintah yang lalai, atau oligarki yang bermain di belakang layar? Siapa pun dalangnya, yang jelas adalah kerugian besar yang ditanggung negara dan rakyat Indonesia masih menjadi luka yang belum sembuh.