Fungsi Integratif dari Konflik
Salah satu konsep penting dalam teori fungsionalisme konflik Coser adalah fungsi integratif dari konflik. Dia berpendapat bahwa konflik dapat memperkuat integrasi sosial dalam masyarakat. Meskipun konflik mungkin tampak sebagai ancaman terhadap stabilitas sosial, dalam jangka panjang, konflik bisa membawa masyarakat menuju harmoni yang lebih besar. Ini terjadi karena konflik memungkinkan ekspresi ketidakpuasan dan menyediakan jalan bagi solusi yang dapat diterima oleh berbagai pihak.
Sebagai contoh, dalam masyarakat pluralistik, perbedaan etnis, agama, atau ideologi sering kali menjadi sumber konflik. Namun, konflik semacam ini dapat memberikan ruang bagi dialog dan negosiasi, sehingga memungkinkan berbagai kelompok untuk mencapai kesepahaman bersama yang lebih inklusif. Dalam konteks ini, konflik justru berfungsi sebagai mekanisme untuk menciptakan keteraturan sosial yang lebih adaptif dan responsif terhadap perbedaan.
Konflik Sebagai Mekanisme Penyeimbang
Coser juga melihat konflik sebagai mekanisme penyeimbang dalam masyarakat. Dalam pandangannya, masyarakat yang sepenuhnya bebas dari konflik cenderung stagnan dan tidak berkembang. Konflik menyediakan dinamika yang dibutuhkan untuk memecah status quo dan mendorong inovasi sosial. Melalui konflik, struktur kekuasaan yang tidak adil dapat diubah, dan masyarakat dapat bergerak menuju tatanan sosial yang lebih baik.
Ini berbeda dengan pandangan fungsionalisme tradisional yang sering melihat konflik sebagai ancaman terhadap stabilitas sosial. Coser justru menganggap konflik sebagai bagian dari proses yang menjaga keseimbangan dalam masyarakat. Tanpa konflik, ketidakadilan dan ketidakpuasan akan tetap tersembunyi dan terus menumpuk, hingga akhirnya meledak dalam bentuk krisis yang lebih besar. Oleh karena itu, konflik berfungsi sebagai katup pengaman yang memungkinkan ketegangan sosial dilepaskan secara bertahap sebelum mencapai titik ledakan.
Relevansi Teori Fungsionalisme Konflik
Pemikiran Lewis A. Coser tentang fungsionalisme konflik tetap relevan hingga saat ini, terutama dalam analisis konflik sosial kontemporer. Di dunia yang semakin kompleks, dengan berbagai perbedaan kepentingan dan identitas, teori Coser membantu kita memahami bagaimana konflik dapat berfungsi sebagai alat untuk memperbarui tatanan sosial dan mengelola perbedaan.
Dalam konteks globalisasi, ketidaksetaraan ekonomi, perubahan iklim, dan migrasi massal, konflik sering kali muncul di berbagai tingkat masyarakat, baik lokal maupun global. Pendekatan fungsionalisme konflik Coser menawarkan cara untuk melihat konflik tidak sebagai ancaman yang harus dihindari, tetapi sebagai peluang untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan adaptif.
Sebagai kesimpulan, Lewis A. Coser melalui fungsionalisme konflik memberikan pandangan yang segar mengenai peran konflik dalam masyarakat. Konflik, menurutnya, bukanlah musuh dari keteraturan sosial, melainkan bagian integral dari proses sosial yang memungkinkan perubahan dan penyesuaian struktural yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas jangka panjang.
