Mohon tunggu...
dimas muhammad erlangga
dimas muhammad erlangga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktivis GmnI

Baca Buku Dan Jalan Jalan Live In

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Pilkada 2024: Pilih Kotak Kosong, Rakyat Marhaen Sukoharjo Pasti Jaya!

17 September 2024   07:06 Diperbarui: 17 September 2024   07:07 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam menghadapi gelombang demokrasi di Indonesia, fenomena kotak kosong semakin menarik perhatian publik. Pada beberapa pemilihan kepala daerah 2024, khususnya di daerah-daerah dengan calon tunggal, pilihan untuk memilih kotak kosong menjadi alternatif bagi sebagian masyarakat yang merasa tidak puas dengan kandidat yang ada. Hal ini mencerminkan keresahan masyarakat terhadap dinamika politik yang terkadang dirasa tidak mewakili aspirasi rakyat, khususnya rakyat kecil atau yang sering disebut sebagai rakyat Marhaen.

Di Kabupaten Sukoharjo, fenomena ini tidak terkecuali. Sebagai salah satu daerah dengan kekuatan kultural Marhaenisme yang kuat, banyak rakyat kecil di Sukoharjo yang merasa bahwa pemimpin yang ada tidak selalu berpihak pada mereka. Kondisi ini membuka ruang bagi masyarakat untuk mencari alternatif yang dapat mengakomodasi harapan mereka dalam pemilihan. Kotak kosong dalam konteks ini bukan hanya simbol protes, tetapi bisa menjadi jalan keluar dari kebuntuan politik yang kerap dihadapi oleh rakyat kecil.

Marhaenisme dan Kontestasi Politik

Marhaenisme yang dicetuskan oleh Soekarno bukan hanya sebuah teori politik, melainkan filosofi hidup yang mengakar kuat di kalangan rakyat kecil. Inti dari Marhaenisme adalah perjuangan untuk kesejahteraan rakyat dengan memberikan mereka akses terhadap sumber daya dan kekuasaan politik yang sejajar. Dalam sistem politik modern, nilai-nilai ini sering kali tergerus oleh kepentingan oligarki yang dominan. Rakyat, khususnya rakyat Marhaen, kerap terpinggirkan dalam pengambilan keputusan. Sukoharjo, yang mayoritas penduduknya masih hidup dengan prinsip-prinsip kerja keras ala rakyat Marhaen, sering kali merasa bahwa pemimpin yang muncul tidak selalu mencerminkan keinginan mereka.

Rakyat Sukoharjo, yang sebagian besar terdiri dari petani, buruh, dan pekerja informal, sering kali tidak memiliki akses langsung terhadap kekuasaan atau pengaruh politik. Pemimpin-pemimpin yang ada sering dipandang sebagai bagian dari elit yang jauh dari realitas kehidupan mereka. Dalam konteks inilah kotak kosong menjadi simbol perlawanan terhadap sistem politik yang dirasa tidak adil dan tidak merepresentasikan aspirasi mereka.

Pilihan Kotak Kosong: Bentuk Perlawanan atau Peluang?

Memilih kotak kosong tidak serta-merta berarti rakyat menolak seluruh sistem demokrasi. Justru sebaliknya, ini adalah bentuk dari partisipasi politik yang aktif. Ketika rakyat memilih kotak kosong, mereka mengirimkan pesan bahwa mereka menginginkan perubahan yang lebih mendasar. Mereka menolak kandidat yang ada bukan karena apatisme, tetapi karena mereka merasa kandidat tersebut tidak membawa solusi bagi masalah yang mereka hadapi sehari-hari.

Di Sukoharjo, para pemilih yang cerdas memahami bahwa memilih kotak kosong adalah hak demokratis mereka. Ini adalah cara untuk menunjukkan ketidakpuasan tanpa harus abstain atau tidak memilih sama sekali. Di balik pilihan kotak kosong, ada harapan bahwa pemilihan berikutnya akan menghadirkan kandidat yang lebih mewakili kepentingan rakyat kecil. Ini adalah bentuk perlawanan damai yang sah dalam sistem demokrasi.

Harapan Rakyat Marhaen Sukoharjo

Sukoharjo, yang kental dengan semangat gotong royong dan kemandirian rakyat, membutuhkan pemimpin yang benar-benar peduli dengan nasib rakyat kecil. Rakyat tidak hanya membutuhkan janji-janji manis saat kampanye, tetapi aksi nyata setelah terpilih. Rakyat Marhaen di Sukoharjo memiliki aspirasi yang sederhana namun mendalam: mereka ingin pemimpin yang bisa memahami kebutuhan mereka, memperjuangkan hak-hak mereka, dan membangun Sukoharjo dari bawah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun