Namun, warisan Soeharto juga menjadi bagian yang tidak dapat dihapus dari sejarah bangsa. Selama lebih dari 30 tahun kekuasaannya, Soeharto membawa pembangunan ekonomi yang signifikan. Namun, di sisi lain, kekuasaan yang terlalu sentralistik dan represif membuat banyak luka dalam sejarah bangsa, seperti kasus-kasus pelanggaran HAM dan korupsi yang masif.
Untuk berdamai dengan sejarah, kita harus bisa melihat kedua tokoh ini dengan kacamata yang lebih luas, tanpa fanatisme dan kebencian. Soekarno dan Soeharto, terlepas dari segala kekurangannya, adalah produk dari zamannya. Bung Karno adalah produk dari perjuangan anti-kolonialisme, sementara Soeharto adalah produk dari kekhawatiran terhadap ancaman ideologi global pasca-Perang Dingin.
Mengakhiri Politisasi Sejarah
Masalah terbesar yang menghalangi kita untuk berdamai dengan sejarah kedua tokoh ini adalah politisasi sejarah itu sendiri. Orde Baru menekankan narasi yang mengunggulkan Soeharto sebagai penyelamat bangsa, sementara Soekarno sering dikesampingkan. Setelah reformasi, ada kecenderungan balik arah, di mana Soeharto dipandang negatif dan Soekarno kembali diagungkan.
Untuk bisa benar-benar berdamai, perlu ada keseimbangan dalam narasi sejarah. Sejarah tidak boleh dimonopoli oleh kepentingan politik sesaat. Bung Karno adalah pahlawan bangsa yang meletakkan dasar-dasar kebangsaan dan kemerdekaan. Soeharto, dengan segala kekurangannya, adalah pemimpin yang membawa Indonesia melalui periode pembangunan ekonomi yang signifikan, meski dengan cara yang represif.
Rekonsiliasi Nasional
Rekonsiliasi nasional tidak harus melalui tokoh-tokoh ini secara langsung, melainkan melalui pemahaman yang lebih mendalam terhadap sejarah kita sendiri. Kedua tokoh ini mungkin tidak akan pernah berdamai dalam dunia nyata, tetapi bangsa ini harus bisa berdamai dengan warisan mereka. Bung Karno dan Soeharto, dalam perspektif sejarah, adalah bagian tak terpisahkan dari identitas bangsa kita.
Berdamai dengan sejarah bukan berarti melupakan kesalahan masa lalu, tetapi belajar darinya dan menjadikannya landasan untuk masa depan yang lebih baik. Warisan Soekarno dan Soeharto, dengan segala kekurangan dan kelebihannya, harus dipelajari secara kritis, tetapi juga dengan rasa hormat terhadap peran mereka dalam membentuk Indonesia yang kita kenal hari ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H