Mohon tunggu...
dimas muhammad erlangga
dimas muhammad erlangga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktivis GmnI

Baca Buku Dan Jalan Jalan Live In

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Menangkan Kotak Kosong, Menangkan Marhaenisme, Menangkan Demokrasi Pancasila!

7 September 2024   06:15 Diperbarui: 7 September 2024   06:44 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam beberapa tahun terakhir, konsep "kotak kosong" dalam pemilu atau pilkada telah menjadi fenomena yang menarik perhatian publik Indonesia. Di sejumlah daerah, masyarakat memilih kotak kosong dalam pilkada sebagai bentuk perlawanan terhadap calon tunggal yang dianggap tidak mewakili aspirasi mereka. 

Pilihan terhadap kotak kosong ini tidak hanya mencerminkan ketidakpuasan, tetapi juga sebuah perlawanan simbolik terhadap kekuatan-kekuatan oligarki dan hegemoni politik yang mendominasi sistem demokrasi Indonesia saat ini. 

Di sinilah letak pentingnya mengaitkan kemenangan kotak kosong di Pilkada 2024 dengan perjuangan ideologi Marhaenisme Dan Demokrasi Pancasila, yang bertujuan membela kaum kecil dan tertindas.

**Kotak Kosong: Simbol Perlawanan Demokrasi**

Konsep kotak kosong dalam pemilu merupakan salah satu aspek demokrasi yang unik. Dalam konteks demokrasi elektoral, masyarakat dihadapkan pada pilihan untuk mendukung atau menolak calon tunggal yang diusung oleh partai-partai besar atau elite politik. Ketika kotak kosong menang, artinya mayoritas masyarakat tidak puas dengan calon yang ada. Ini bukan hanya soal tidak adanya alternatif, melainkan sebuah pesan tegas dari rakyat bahwa mereka menolak calon yang dipaksakan kepada mereka. Dengan demikian, kotak kosong menjadi simbol perlawanan terhadap ketimpangan politik, oligarki, dan hegemoni elite yang tidak mewakili kepentingan rakyat.

**Marhaenisme: Ideologi Perlawanan Kaum Tertindas**

Marhaenisme, yang digagas oleh Bung Karno, merupakan ideologi yang berakar pada perjuangan membela kaum kecil, pekerja, petani, dan nelayan---kaum Marhaen yang menjadi mayoritas di Indonesia. Bung Karno melihat bahwa Marhaenisme bukan sekadar ideologi ekonomi, tetapi juga perjuangan politik yang menempatkan rakyat kecil sebagai subjek utama dalam proses pembangunan dan pemerintahan. Dalam konteks Marhaenisme, politik bukanlah alat untuk memperkaya segelintir orang, melainkan sarana untuk memajukan kesejahteraan seluruh rakyat, khususnya mereka yang termarjinalkan.

Melihat perkembangan politik Indonesia dewasa ini, Marhaenisme tampaknya semakin relevan. Sistem politik yang dipenuhi oleh kepentingan oligarki, kartel politik, dan dominasi elite membuat rakyat semakin jauh dari pengambilan keputusan politik. Di sinilah letak kesamaan antara perjuangan kotak kosong dan Marhaenisme: keduanya merupakan bentuk perlawanan terhadap kekuasaan yang tidak adil dan tidak berpihak pada rakyat.

**Mengapa Harus Menangkan Kotak Kosong?**

Memilih kotak kosong adalah tindakan politik yang lebih dari sekadar tidak puas dengan calon yang ada. Ini adalah bentuk perlawanan aktif terhadap sistem politik yang tidak inklusif, yang cenderung mempersempit ruang bagi keterwakilan rakyat sesungguhnya. Ketika kotak kosong menang, masyarakat secara simbolis menyatakan bahwa mereka menginginkan perubahan, mereka menuntut hadirnya calon yang benar-benar mewakili kepentingan rakyat kecil. Ini sejalan dengan semangat Marhaenisme yang menolak sistem yang hanya berpihak pada golongan elite.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun