Mohon tunggu...
dimas muhammad erlangga
dimas muhammad erlangga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktivis GmnI

Baca Buku Dan Jalan Jalan Live In

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dinamika Kaderisasi GMNI, Membangun Pemimpin yang Progresif dan Revolusioner

6 September 2024   11:07 Diperbarui: 6 September 2024   12:46 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) adalah salah satu organisasi kemahasiswaan yang memiliki sejarah panjang dalam pembentukan pemimpin bangsa, terutama yang mengusung semangat nasionalisme dan berpijak pada nilai-nilai Marhaenisme. Dalam sejarah perjalanan Indonesia, GMNI telah memberikan kontribusi signifikan dalam menyiapkan kader-kader pemimpin yang memiliki komitmen kuat terhadap perjuangan rakyat, serta memperjuangkan keadilan sosial dan kedaulatan bangsa. Kaderisasi GMNI bukan hanya tentang membentuk pemimpin, tetapi juga mengenai menumbuhkan kesadaran ideologis dan kesetiaan pada perjuangan rakyat marhaen. 

Namun, di tengah perkembangan zaman, dinamika kaderisasi GMNI menghadapi berbagai tantangan yang tidak bisa dianggap remeh. Berbagai perubahan politik, sosial, dan ekonomi dalam konteks globalisasi telah mempengaruhi lanskap pergerakan mahasiswa di Indonesia, termasuk GMNI. Oleh karena itu, GMNI harus terus beradaptasi agar mampu melahirkan kader-kader yang progresif dan revolusioner, yang tidak hanya memahami teori perjuangan, tetapi juga mampu mengaplikasikannya dalam kondisi konkret kehidupan masyarakat.

### 1. Makna Kaderisasi dalam GMNI

Kaderisasi dalam GMNI memiliki makna yang dalam. Kaderisasi ini tidak hanya mencetak anggota yang loyal, tetapi juga membentuk kader yang memiliki kesadaran ideologis yang kuat. Dalam GMNI, kaderisasi berfungsi sebagai wahana untuk memperkenalkan kader baru pada ajaran Marhaenisme yang dikembangkan oleh Bung Karno, dengan menekankan pada perjuangan melawan penindasan dan ketidakadilan. 

Proses kaderisasi ini mencakup berbagai aspek, mulai dari pemahaman ideologi, latihan kepemimpinan, hingga penguatan mental dan moral. Selain itu, kaderisasi GMNI juga mengajarkan kadernya untuk terlibat langsung dalam perjuangan rakyat, seperti advokasi isu-isu sosial, aksi-aksi massa, serta berbagai bentuk partisipasi aktif dalam kegiatan politik. Dengan demikian, kader GMNI diharapkan tidak hanya menjadi pemimpin di kampus, tetapi juga menjadi agen perubahan di masyarakat.

### 2. Tantangan Kaderisasi di Era Globalisasi

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh GMNI dalam proses kaderisasi adalah derasnya arus globalisasi yang membawa berbagai nilai-nilai liberalisme dan kapitalisme. Ide-ide ini sering kali bertentangan dengan semangat Marhaenisme yang diperjuangkan GMNI, yang menekankan pada pentingnya keadilan sosial dan penentangan terhadap penindasan dalam bentuk apa pun.

Globalisasi juga membawa tantangan dalam bentuk pragmatisme politik, di mana banyak generasi muda lebih tertarik pada politik transaksional daripada memperjuangkan nilai-nilai ideologis. Dalam kondisi seperti ini, kaderisasi GMNI harus mampu mempertahankan idealisme dan tidak terjebak dalam arus pragmatisme yang mengikis semangat perjuangan.

Selain itu, revolusi digital yang ditandai dengan perkembangan teknologi informasi juga menjadi tantangan tersendiri. Di satu sisi, teknologi memberikan kemudahan dalam berorganisasi, tetapi di sisi lain, ia juga menciptakan disrupsi dalam komunikasi dan interaksi sosial. Generasi muda saat ini lebih banyak menghabiskan waktu di media sosial, yang sering kali hanya memberikan informasi yang dangkal tanpa pemahaman yang mendalam. Dalam konteks ini, GMNI harus mampu memanfaatkan teknologi untuk memperkuat proses kaderisasi, tetapi juga harus menghindari jebakan kemudahan yang mengurangi kualitas intelektual dan ideologis kadernya.

### 3. Mengembangkan Pemimpin Progresif dan Revolusioner

Untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut, GMNI perlu memperkuat kembali proses kaderisasinya agar mampu menghasilkan pemimpin yang progresif dan revolusioner. Pemimpin progresif di sini berarti mereka yang memiliki visi ke depan, mampu memahami perubahan zaman, dan berani melakukan inovasi dalam memperjuangkan keadilan sosial. Sementara itu, pemimpin revolusioner adalah mereka yang tidak hanya puas dengan status quo, tetapi berani melakukan perubahan radikal untuk mewujudkan cita-cita masyarakat yang lebih adil dan sejahtera.

GMNI harus memastikan bahwa proses kaderisasinya tidak hanya berorientasi pada aspek formalitas, tetapi benar-benar mengakar pada pendidikan ideologi yang mendalam. Proses pendidikan ideologi ini harus mencakup pemahaman yang komprehensif tentang Marhaenisme, sosialisme, dan dinamika politik global. Selain itu, latihan kepemimpinan harus diarahkan pada pembentukan karakter yang kuat, kemampuan berpikir kritis, dan keberanian untuk mengambil keputusan yang berpihak pada rakyat.

Selain itu, penting bagi GMNI untuk memperkuat tradisi intelektual di kalangan kadernya. Hal ini bisa dilakukan melalui diskusi-diskusi rutin, kajian-kajian kritis terhadap kondisi sosial politik, serta pengembangan literasi ideologis. Dengan demikian, kader GMNI akan terbiasa untuk berpikir mendalam dan tidak mudah terjebak dalam wacana-wacana dangkal yang hanya menguntungkan elite.

### 4. Peran Aksi Massa dalam Kaderisasi

Salah satu ciri khas GMNI adalah keterlibatan aktif dalam aksi-aksi massa sebagai bentuk nyata dari perjuangan politiknya. Aksi massa adalah sarana penting untuk mendidik kader tentang pentingnya keberpihakan pada rakyat dan keberanian dalam menyuarakan kebenaran. Aksi-aksi ini juga merupakan media untuk mengukur sejauh mana kader mampu mengaplikasikan teori perjuangan yang mereka pelajari selama proses kaderisasi.

Namun, aksi massa tidak boleh dilakukan secara sporadis atau tanpa dasar ideologis yang jelas. Oleh karena itu, GMNI harus memastikan bahwa setiap aksi massa yang dilakukan kadernya memiliki dasar yang kuat, baik dari segi ideologis maupun analisis sosial-politik. Dengan demikian, aksi massa akan menjadi bagian dari proses pendidikan politik yang komprehensif, bukan sekadar unjuk kekuatan fisik.

### 5. Sinergi dengan Gerakan Sosial dan Politik

Di era yang semakin kompleks ini, GMNI tidak bisa berjalan sendirian. Kaderisasi GMNI harus diarahkan pada pembentukan pemimpin yang mampu bersinergi dengan berbagai gerakan sosial dan politik lainnya. Hal ini penting untuk memperkuat basis perjuangan GMNI dalam rangka memperjuangkan kepentingan rakyat.

Sinergi ini bisa dilakukan melalui kolaborasi dengan organisasi-organisasi serupa, baik di tingkat nasional maupun internasional, yang memiliki visi perjuangan yang sama. Selain itu, kader GMNI juga harus aktif terlibat dalam berbagai forum sosial-politik untuk memperluas wawasan dan memperkuat jaringan perjuangan. 

### 6. Penutup

Dinamika kaderisasi GMNI menghadapi berbagai tantangan, terutama di era globalisasi dan revolusi digital. Namun, dengan memperkuat pendidikan ideologi, tradisi intelektual, serta keterlibatan aktif dalam aksi massa dan gerakan sosial, GMNI tetap bisa melahirkan kader-kader pemimpin yang progresif dan revolusioner. Pemimpin yang lahir dari proses kaderisasi ini diharapkan mampu meneruskan perjuangan untuk mewujudkan cita-cita Marhaenisme: keadilan sosial, kedaulatan nasional, dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun