Namun, Han tidak hanya memberikan kritik tanpa menawarkan solusi. Dia mengusulkan perlunya resistensi terhadap tuntutan yang tidak manusiawi dari *masyarakat prestasi*. Resistensi ini bisa berbentuk *kontemplasi*---yakni, memberikan ruang bagi diri sendiri untuk merenung dan berpikir tanpa tekanan untuk selalu produktif. Han juga menyarankan pentingnya *kesunyian* dan *perlambatan* sebagai cara untuk melawan *burnout* dan depresi.
Han menegaskan bahwa dalam masyarakat yang terobsesi dengan kecepatan dan efisiensi, perlambatan menjadi tindakan resistensi yang radikal. Dengan melambat, individu bisa kembali merasakan hidup yang lebih autentik dan lebih bermakna. Kesunyian, di sisi lain, memungkinkan individu untuk berhubungan kembali dengan diri mereka sendiri, tanpa gangguan dari tuntutan eksternal.
Selain itu, Han juga menekankan pentingnya memperkuat hubungan sosial yang mendalam dan otentik sebagai antidot terhadap keterasingan. Hubungan yang didasarkan pada kasih sayang, saling pengertian, dan kehadiran yang tulus bisa menjadi benteng pertahanan yang kuat terhadap depresi dan kecemasan yang dihasilkan oleh *masyarakat prestasi*.
### **Kesimpulan**
Melalui analisisnya tentang *masyarakat prestasi* dan *masyarakat depresi*, Byung-Chul Han mengajak kita untuk merenungkan kembali arah hidup kita dalam masyarakat modern. Apakah kita benar-benar hidup dengan cara yang kita inginkan, ataukah kita hanya mengikuti tuntutan eksternal yang tidak manusiawi? Dalam dunia yang semakin terhubung tetapi terasing, Han menawarkan jalan keluar melalui perlambatan, kesunyian, dan hubungan sosial yang lebih mendalam. Dengan begitu, kita bisa menemukan kembali keseimbangan dalam hidup dan menghindari jebakan depresi yang dihasilkan oleh tekanan untuk selalu berprestasi.