Mohon tunggu...
dimas muhammad erlangga
dimas muhammad erlangga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktivis GmnI

Baca Buku Dan Jalan Jalan Live In

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Apakah Benar Oposisi Politik Itu Budaya Barat?

31 Agustus 2024   10:10 Diperbarui: 31 Agustus 2024   10:13 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanggapan Atas Pernyataan Presiden RI Terpilih Prabowo Subianto 

Belakangan ini, pernyataan Menteri Pertahanan dan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, tentang oposisi politik sebagai budaya Barat telah menjadi topik perdebatan hangat di berbagai kalangan. Pernyataan ini memancing diskusi tentang konsep oposisi dalam demokrasi, dan apakah hal ini merupakan konsep yang asing bagi budaya politik Indonesia atau tidak. Artikel ini akan mengeksplorasi apakah benar oposisi politik itu merupakan budaya Barat dan bagaimana pandangan ini berkaitan dengan konteks politik Indonesia.

### Pengertian Oposisi dalam Demokrasi

Dalam sistem politik demokrasi, oposisi adalah elemen yang sangat penting. Oposisi merujuk pada kelompok atau partai politik yang tidak memegang kekuasaan eksekutif dan legislatif, tetapi tetap aktif dalam mengawasi, mengkritik, dan memberikan alternatif kebijakan terhadap pemerintah yang berkuasa. Konsep ini dianggap esensial untuk menjaga keseimbangan kekuasaan, mencegah otoritarianisme, dan memastikan bahwa berbagai pandangan dan kepentingan masyarakat dapat diwakili secara efektif.

Namun, pertanyaan yang diajukan oleh Prabowo, apakah oposisi politik adalah budaya Barat, membuka ruang untuk refleksi lebih mendalam tentang bagaimana sistem ini dipandang dalam konteks budaya dan sejarah politik Indonesia.

### Oposisi dalam Sejarah Politik Indonesia

Dalam sejarah politik Indonesia, oposisi bukanlah konsep yang asing. Bahkan, sejak masa kolonial, berbagai gerakan oposisi telah muncul untuk menentang kekuasaan kolonial. Gerakan-gerakan ini, seperti Sarekat Islam dan Partai Komunis Indonesia (PKI), dan juga Partai Nasional Indonesia (PNI), bertindak sebagai oposisi terhadap kekuasaan kolonial Belanda dan kemudian melanjutkan peran mereka setelah kemerdekaan.

Pada era Orde Lama di bawah Presiden Soekarno, terdapat pluralitas politik yang cukup signifikan meskipun akhirnya dikonsolidasikan dalam Demokrasi Terpimpin. Partai-partai seperti Masyumi, PNI, dan PSI sering kali bertindak sebagai oposisi terhadap kebijakan-kebijakan tertentu dari pemerintah. Bahkan setelah Demokrasi Terpimpin diberlakukan, masih ada elemen-elemen oposisi meskipun dalam kerangka yang lebih terbatas.

Pada era Orde Baru, peran oposisi sangat terbatas akibat kebijakan yang sangat represif terhadap lawan-lawan politik. Namun, berbagai kelompok masih terus memberikan perlawanan melalui gerakan bawah tanah dan jaringan-jaringan intelektual.

Reformasi 1998 mengubah lanskap politik Indonesia secara dramatis, dengan lahirnya sistem multipartai yang memungkinkan oposisi berkembang dengan lebih bebas. Partai-partai politik yang sebelumnya ditekan, seperti Partai Demokrasi Indonesia (PDI) dan Partai Amanat Nasional (PAN), akhirnya bisa berperan sebagai oposisi yang sah terhadap pemerintah.

### Apakah Oposisi Budaya Barat?

Pernyataan bahwa oposisi politik adalah budaya Barat bisa dipahami dalam konteks sejarah kolonialisme dan dominasi Barat di dunia. Sistem parlementer modern dan konsep oposisi seperti yang dipraktikkan di negara-negara Barat memang merupakan produk dari perkembangan politik Eropa, terutama setelah Revolusi Prancis dan perkembangan konstitusionalisme di Inggris. Namun, penting untuk diingat bahwa banyak nilai-nilai ini, meskipun berasal dari Barat, telah diadopsi dan disesuaikan dengan konteks lokal di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Budaya politik bukanlah entitas statis; ia selalu berkembang dan beradaptasi sesuai dengan dinamika masyarakat. Meskipun konsep oposisi dalam bentuk modernnya mungkin berasal dari Barat, semangat untuk mengkritisi kekuasaan bukanlah hal yang asing dalam budaya-budaya non-Barat. Dalam tradisi Nusantara, terdapat konsep musyawarah dan mufakat yang juga menekankan pentingnya mendengar pandangan yang berbeda sebelum mencapai konsensus.

Selain itu, Indonesia adalah negara dengan beragam budaya dan tradisi yang telah lama mengenal prinsip-prinsip demokrasi lokal, seperti dalam sistem adat desa di Bali dan Minangkabau, yang mengedepankan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan.

### Konsekuensi dari Menolak Oposisi

Menolak atau meremehkan peran oposisi politik sebagai sekadar budaya Barat bisa berpotensi merugikan perkembangan demokrasi di Indonesia. Tanpa oposisi yang kuat, demokrasi bisa mengalami kemunduran, dan pemerintah cenderung tidak terkontrol, yang pada akhirnya bisa mengarah pada otoritarianisme. Oposisi yang sehat diperlukan untuk memastikan bahwa pemerintah tetap akuntabel dan kebijakan yang diambil mencerminkan kepentingan rakyat secara luas.

Di sisi lain, perlu juga diakui bahwa oposisi tidak hanya berarti kritik dan perlawanan, tetapi juga konstruksi dan kontribusi positif dalam pembangunan negara. Oposisi yang efektif bukan hanya tentang menentang, tetapi juga menawarkan solusi alternatif dan bekerja sama dengan pemerintah ketika diperlukan demi kepentingan nasional.

### Kesimpulan

Oposisi politik mungkin memiliki akar sejarah dalam perkembangan politik Barat, tetapi perannya dalam demokrasi adalah universal. Di Indonesia, oposisi telah menjadi bagian integral dari dinamika politik, baik di masa lalu maupun saat ini. Pernyataan bahwa oposisi adalah budaya Barat mungkin mencerminkan pandangan tertentu, tetapi menafikan pentingnya oposisi dapat berisiko terhadap kesehatan demokrasi itu sendiri. Justru dengan adanya oposisi yang kuat dan konstruktif, Indonesia dapat terus mengembangkan demokrasinya yang berlandaskan pada nilai-nilai lokal sekaligus merespons tantangan global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun