Mohon tunggu...
dimas muhammad erlangga
dimas muhammad erlangga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktivis GmnI

Baca Buku Dan Jalan Jalan Live In

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Raymond Williams: Materialisme Kultural

30 Agustus 2024   11:03 Diperbarui: 30 Agustus 2024   11:57 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
raymondwilliams.co.uk

Raymond Williams adalah salah satu tokoh penting dalam studi budaya yang pemikirannya telah memberikan dampak besar terhadap cara kita memahami hubungan antara budaya, masyarakat, dan ekonomi. Salah satu kontribusi utamanya adalah konsep "materialisme kultural," yang merupakan pendekatan kritis terhadap budaya dengan fokus pada kondisi material dan ekonomi yang membentuknya.

Materialisme kultural lahir dari pengaruh Marxisme, tetapi Williams memodifikasinya agar lebih sesuai dengan analisis budaya. Williams menolak determinisme ekonomi yang ketat dalam Marxisme klasik, yang menempatkan basis ekonomi sebagai satu-satunya faktor penentu dalam pembentukan budaya. Sebaliknya, ia memperkenalkan pendekatan yang lebih kompleks, di mana hubungan antara ekonomi, politik, dan budaya saling mempengaruhi secara dinamis.

### Konsep Dasar Materialisme Kultural

Materialisme kultural, seperti yang dikembangkan oleh Williams, menganggap bahwa budaya tidak dapat dipisahkan dari konteks material dan sosial tempat ia berada. Budaya bukanlah sekadar ekspresi simbolik yang berdiri sendiri, tetapi juga merupakan produk dari kondisi sosial dan ekonomi. Williams menekankan bahwa budaya selalu terkait erat dengan kekuasaan, kelas sosial, dan perjuangan ekonomi.

Bagi Williams, budaya adalah "cara hidup" yang mencakup seluruh praktik sosial dan interaksi sehari-hari. Ia menolak pandangan yang memisahkan budaya tinggi (sastra, seni rupa) dari budaya rendah (tradisi populer, hiburan massa), dan menegaskan bahwa semua bentuk budaya memiliki nilai analitis yang sama. Dengan kata lain, budaya tidak hanya ditemukan dalam karya seni elit, tetapi juga dalam praktik dan tradisi masyarakat sehari-hari.

Materialisme kultural mengakui adanya "hegemoni budaya", sebuah konsep yang diambil dari Antonio Gramsci. Hegemoni budaya adalah proses di mana nilai-nilai dan norma-norma dari kelompok dominan dalam masyarakat dipaksakan kepada kelompok-kelompok lain sebagai sesuatu yang alami dan universal. Melalui kontrol atas institusi budaya seperti media, pendidikan, dan agama, kelompok dominan mampu mempertahankan kekuasaan mereka dan menjaga stabilitas sosial.

Namun, hegemoni tidak pernah absolut. Ada resistensi dan perjuangan di dalamnya, yang merupakan bagian penting dari analisis materialisme kultural. Williams mengidentifikasi tiga kategori budaya dalam masyarakat: budaya residual, budaya dominan, dan budaya emergen. Budaya residual adalah bentuk-bentuk budaya lama yang tetap bertahan, meskipun kekuatan ekonomi dan politik telah berubah. Budaya dominan adalah bentuk budaya yang paling banyak diakui dan diterima dalam masyarakat. Sedangkan budaya emergen adalah bentuk budaya baru yang muncul dan menantang hegemoni budaya dominan.

### Pentingnya Sejarah dalam Materialisme Kultural

Salah satu elemen kunci dalam pemikiran Williams adalah pentingnya sejarah dalam analisis budaya. Baginya, budaya harus dilihat sebagai proses historis yang terus berkembang. Setiap bentuk budaya yang ada saat ini merupakan hasil dari sejarah panjang perjuangan, adaptasi, dan perubahan. Oleh karena itu, untuk memahami budaya, kita harus memahami konteks sejarah yang membentuknya.

Williams menekankan bahwa tidak ada budaya yang statis. Budaya selalu berada dalam proses perubahan, dipengaruhi oleh dinamika sosial, politik, dan ekonomi. Pandangan ini membuat materialisme kultural berbeda dari pendekatan-pendekatan lain yang mungkin melihat budaya sebagai sesuatu yang tetap dan tidak berubah.

Selain itu, Williams juga memperkenalkan konsep "strukturalitas perasaan" (structure of feeling), yang merujuk pada cara-cara tertentu di mana generasi tertentu mengalami dunia mereka, termasuk perasaan, nilai-nilai, dan praktik-praktik sosial mereka. Konsep ini menunjukkan bagaimana setiap periode sejarah memiliki struktur emosional dan budaya yang unik, yang mencerminkan kondisi material dan sosial pada masa itu.

### Relevansi Materialisme Kultural dalam Studi Budaya Kontemporer

Materialisme kultural tetap relevan dalam studi budaya kontemporer, terutama dalam analisis tentang bagaimana media dan teknologi baru mempengaruhi budaya. Dalam dunia yang semakin didominasi oleh media digital, materialisme kultural memberikan kerangka kerja yang berguna untuk memahami bagaimana industri media beroperasi dan bagaimana produk-produk budaya diproduksi dan dikonsumsi.

Sebagai contoh, materialisme kultural dapat digunakan untuk menganalisis bagaimana platform media sosial, seperti Facebook dan Instagram, menciptakan bentuk-bentuk baru dari budaya popular yang terkait erat dengan kepentingan ekonomi perusahaan teknologi besar. Dalam konteks ini, kita bisa melihat bagaimana hegemoni budaya bekerja di era digital, di mana kontrol atas informasi dan komunikasi menjadi alat penting bagi kekuatan ekonomi dan politik.

Lebih jauh lagi, materialisme kultural juga relevan dalam memahami resistensi budaya di era globalisasi. Ketika budaya dominan menyebar secara global, ada reaksi dari budaya lokal yang berusaha mempertahankan identitas mereka. Analisis materialisme kultural dapat membantu kita memahami dinamika ini, dengan melihat bagaimana kekuatan material dan ekonomi membentuk, tetapi juga ditantang oleh, berbagai bentuk budaya lokal.

### Penutup

Raymond Williams, dengan konsep materialisme kulturalnya, telah membuka jalan bagi pemahaman yang lebih mendalam tentang hubungan antara budaya dan kekuasaan. Ia menunjukkan bahwa budaya bukanlah entitas yang berdiri sendiri, melainkan hasil dari interaksi yang kompleks antara kondisi material, sejarah, dan kekuatan sosial. Pemikirannya tetap relevan hingga saat ini, terutama dalam era di mana budaya terus-menerus dibentuk dan diubah oleh dinamika ekonomi dan teknologi global. Melalui materialisme kultural, kita dapat lebih memahami bagaimana budaya diproduksi, disebarluaskan, dan dipertahankan dalam masyarakat yang terus berubah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun