Selain itu, Williams juga memperkenalkan konsep "strukturalitas perasaan" (structure of feeling), yang merujuk pada cara-cara tertentu di mana generasi tertentu mengalami dunia mereka, termasuk perasaan, nilai-nilai, dan praktik-praktik sosial mereka. Konsep ini menunjukkan bagaimana setiap periode sejarah memiliki struktur emosional dan budaya yang unik, yang mencerminkan kondisi material dan sosial pada masa itu.
### Relevansi Materialisme Kultural dalam Studi Budaya Kontemporer
Materialisme kultural tetap relevan dalam studi budaya kontemporer, terutama dalam analisis tentang bagaimana media dan teknologi baru mempengaruhi budaya. Dalam dunia yang semakin didominasi oleh media digital, materialisme kultural memberikan kerangka kerja yang berguna untuk memahami bagaimana industri media beroperasi dan bagaimana produk-produk budaya diproduksi dan dikonsumsi.
Sebagai contoh, materialisme kultural dapat digunakan untuk menganalisis bagaimana platform media sosial, seperti Facebook dan Instagram, menciptakan bentuk-bentuk baru dari budaya popular yang terkait erat dengan kepentingan ekonomi perusahaan teknologi besar. Dalam konteks ini, kita bisa melihat bagaimana hegemoni budaya bekerja di era digital, di mana kontrol atas informasi dan komunikasi menjadi alat penting bagi kekuatan ekonomi dan politik.
Lebih jauh lagi, materialisme kultural juga relevan dalam memahami resistensi budaya di era globalisasi. Ketika budaya dominan menyebar secara global, ada reaksi dari budaya lokal yang berusaha mempertahankan identitas mereka. Analisis materialisme kultural dapat membantu kita memahami dinamika ini, dengan melihat bagaimana kekuatan material dan ekonomi membentuk, tetapi juga ditantang oleh, berbagai bentuk budaya lokal.
### Penutup
Raymond Williams, dengan konsep materialisme kulturalnya, telah membuka jalan bagi pemahaman yang lebih mendalam tentang hubungan antara budaya dan kekuasaan. Ia menunjukkan bahwa budaya bukanlah entitas yang berdiri sendiri, melainkan hasil dari interaksi yang kompleks antara kondisi material, sejarah, dan kekuatan sosial. Pemikirannya tetap relevan hingga saat ini, terutama dalam era di mana budaya terus-menerus dibentuk dan diubah oleh dinamika ekonomi dan teknologi global. Melalui materialisme kultural, kita dapat lebih memahami bagaimana budaya diproduksi, disebarluaskan, dan dipertahankan dalam masyarakat yang terus berubah.