(Setelah Isu Kegagalan Mendapat Tiket Di Pilkada Jakarta 2024 Hari Ini)
Pemilu 2024 telah usai, dan hasilnya membawa dinamika baru dalam peta politik Indonesia. Nama Anies Baswedan, yang sebelumnya menjadi sorotan sebagai salah satu calon presiden dari Koalisi Perubahan, kembali mencuat dalam spekulasi politik. Namun, kali ini spekulasi tersebut membawa pertanyaan yang cukup mengejutkan: mungkinkah Anies Baswedan menjadi calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pada Pemilu 2029? Pertanyaan ini muncul di benak saya dalam 24 Jam terakhir ini dan analisis politik yang mungkin saja berkembang, terutama dengan latar belakang pergantian kepemimpinan nasional dan perubahan konstelasi politik yang terus berlangsung. Jika saja Anies Baswedan mungkin mau menjadi Kader PDIP.
**Sejarah Politik Anies Baswedan**
Anies Baswedan bukanlah figur baru dalam politik Indonesia. Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini mulai menapaki karir politiknya secara lebih signifikan ketika terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 2017, mengalahkan petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam sebuah pertarungan yang sarat dengan dinamika politik identitas. Kiprah Anies selama menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta penuh dengan kontroversi dan pujian, yang menjadikannya sosok dengan basis dukungan yang solid, terutama di kalangan pemilih yang lebih konservatif.
Pada Pemilu 2024, Anies Baswedan mencalonkan diri sebagai presiden dengan dukungan Koalisi Perubahan yang terdiri dari Partai NasDem, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan PKB. Meskipun gagal memenangkan pemilu, Anies tetap menjadi tokoh politik yang berpengaruh dan memiliki basis pendukung yang cukup besar. Namun, apakah hal ini cukup untuk membuatnya dicalonkan oleh PDIP pada Pemilu 2029?
**PDIP dan Anies: Ideologi dan Arah Politik**
PDIP dikenal sebagai partai yang teguh dengan ideologi nasionalisme dan berakar kuat pada ajaran-ajaran Soekarno. Selama ini, partai ini lebih cenderung mengusung calon presiden dari kalangan kader atau figur yang memiliki kesamaan ideologis dengan partai. Anies Baswedan, di sisi lain, sering kali diidentikkan dengan kelompok politik Islam moderat, dan dalam beberapa isu, posisinya kerap berseberangan dengan sikap politik PDIP.Â
Namun, politik selalu penuh dengan kejutan dan kompromi. PDIP, sebagai partai besar dengan ambisi untuk terus berkuasa, tentu akan mempertimbangkan berbagai faktor dalam menentukan calon presiden mereka di masa depan. Jika Anies mampu menunjukkan kemampuan untuk merangkul berbagai kelompok dan mendapatkan dukungan yang luas, bukan tidak mungkin PDIP akan mempertimbangkan Anies sebagai calon presiden mereka.
Selain itu, perlu diperhatikan bahwa politik di Indonesia sering kali bergerak pragmatis. Jika PDIP melihat bahwa mengusung Anies dapat meningkatkan peluang mereka untuk menang, terutama dalam menghadapi kandidat lain yang kuat, maka mereka mungkin akan mengesampingkan perbedaan ideologi demi tujuan yang lebih besar.
**Konstelasi Politik 2029**
Pemilu 2029 masih beberapa tahun lagi, dan banyak hal bisa terjadi dalam rentang waktu tersebut. Konstelasi politik dapat berubah dengan cepat, tergantung pada perkembangan ekonomi, sosial, dan politik. Popularitas dan kekuatan politik Anies Baswedan juga akan sangat dipengaruhi oleh langkah-langkah politiknya setelah Pemilu 2024. Jika Anies mampu terus menjaga relevansinya dan meningkatkan citra dirinya di mata publik, peluang untuk diusung oleh PDIP, atau setidaknya mendapatkan dukungan dari partai besar tersebut, bisa saja terbuka.
Di sisi lain, PDIP juga harus mempertimbangkan regenerasi kepemimpinan di dalam partai. Hingga saat ini, PDIP masih sangat bergantung pada figur sentral seperti Megawati Soekarnoputri dan Puan Maharani. Pemilu 2029 mungkin menjadi momen penting bagi PDIP untuk memperkenalkan wajah baru yang dapat melanjutkan tradisi kepemimpinan partai. Jika Anies dianggap sebagai figur yang dapat mengakomodasi kepentingan PDIP sekaligus menarik dukungan luas, pencalonannya bisa menjadi strategi yang masuk akal.
**Tantangan dan Hambatan**
Meskipun spekulasi tentang Anies Baswedan sebagai capres PDIP menarik, ada beberapa tantangan dan hambatan yang perlu diperhitungkan. Pertama, resistensi dari kader PDIP sendiri. Mengusung Anies yang dianggap sebagai "orang luar" bisa memicu ketegangan internal, terutama dari kalangan kader yang merasa lebih layak untuk dicalonkan.
Kedua, Anies juga harus mampu meyakinkan basis pendukungnya sendiri, yang sebagian besar berasal dari kelompok Islam moderat dan konservatif, bahwa aliansi dengan PDIP adalah langkah yang strategis dan bukan sebuah pengkhianatan terhadap prinsip-prinsip yang selama ini dia pegang.
Terakhir, hubungan antara PDIP dan partai-partai pendukung Anies sebelumnya juga perlu dipertimbangkan. Jika PDIP memutuskan untuk mengusung Anies, bagaimana dengan NasDem, PKS, dan PKB (Jika Masih Menggunakan Presidential Threshold)? Apakah mereka akan merapat ke koalisi PDIP atau justru memilih jalan sendiri?
Siapa Yang Pantas Dampingi Anies Dalam Pemilu 2029?
Jika Anies Baswedan menjadi calon presiden (capres) dari PDIP pada Pemilu 2029, pemilihan calon wakil presiden (cawapres) yang mendampinginya akan menjadi keputusan strategis yang sangat penting. Mengingat berbagai faktor politik, ideologi, dan elektabilitas, berikut adalah beberapa nama yang bisa dipertimbangkan sebagai cawapres untuk Anies Baswedan:
### 1. **Puan Maharani**
Puan Maharani adalah salah satu tokoh penting di PDIP dan cucu dari Soekarno, pendiri partai tersebut. Menggandeng Puan sebagai cawapres bisa memperkuat hubungan Anies dengan PDIP secara internal, sekaligus mempertahankan kontinuitas kepemimpinan keluarga Soekarno dalam pemerintahan. Meski berasal dari partai yang sama, duet ini bisa menjadi simbol perpaduan antara pengalaman politik Puan di pemerintahan dan popularitas Anies di kalangan pemilih muda dan urban.
### 2. **Ganjar Pranowo**
Ganjar Pranowo adalah Gubernur Jawa Tengah yang populer dan memiliki basis dukungan kuat di kalangan pemilih Jawa. Meskipun Ganjar pernah menjadi rival Anies di Pemilu 2024, dinamika politik bisa berubah, dan duet Anies-Ganjar bisa menjadi pasangan yang menarik, mengingat keduanya mewakili dua provinsi dengan jumlah pemilih terbesar di Indonesia, yakni DKI Jakarta dan Jawa Tengah.
### 3. **Erick Thohir**
Erick Thohir adalah Menteri BUMN yang memiliki latar belakang pengusaha sukses dan pengalaman di sektor publik. Dengan keahliannya di bidang ekonomi dan jaringan luas di dunia usaha, Erick bisa melengkapi Anies dalam isu-isu ekonomi dan pembangunan. Duet ini bisa menarik pemilih dari kalangan profesional, pebisnis, dan generasi milenial yang mendambakan pemimpin dengan visi ekonomi yang kuat.
### 4. **Ridwan Kamil**
Gubernur Jawa Barat ini adalah tokoh populer dengan elektabilitas yang tinggi. Ridwan Kamil memiliki pengalaman eksekutif sebagai gubernur dan wali kota, serta dikenal sebagai figur moderat yang disukai oleh pemilih urban dan pemilih muda. Duet Anies-Ridwan Kamil bisa menjadi kombinasi yang kuat untuk memenangkan suara di wilayah-wilayah strategis seperti Jawa Barat dan Jakarta, yang memiliki jumlah pemilih besar.
### 5. **Khofifah Indar Parawansa**
Gubernur Jawa Timur ini adalah salah satu politisi perempuan terkemuka di Indonesia dan memiliki basis dukungan kuat di kalangan Nahdlatul Ulama (NU). Menggandeng Khofifah sebagai cawapres dapat memperluas basis dukungan Anies di Jawa Timur, salah satu provinsi dengan jumlah pemilih terbesar, serta memperkuat dukungan dari kalangan Islam tradisional.
### 6. **Agus Harimurti Yudhoyono (AHY)**
Ketua Umum Partai Demokrat ini bisa menjadi pilihan cawapres yang menarik, terutama jika PDIP ingin membentuk koalisi besar dengan Demokrat. AHY mewakili generasi muda, memiliki latar belakang militer, dan membawa nama besar Yudhoyono yang masih memiliki pengaruh di kalangan pemilih. Duet Anies-AHY bisa menjadi kombinasi yang memperkuat daya tarik terhadap pemilih muda dan kelas menengah.
### 7. **Sandiaga Uno**
Sandiaga Uno, mantan cawapres Anies di Pilkada DKI Jakarta 2017 dan Pilpres 2019, adalah pilihan logis lainnya. Sandiaga memiliki popularitas yang kuat di kalangan pengusaha dan pemilih muda. Pengalaman Sandiaga dalam bidang ekonomi dan pemerintahan lokal dapat melengkapi visi Anies dalam mengelola negara. Meskipun Sandiaga berasal dari latar belakang politik yang berbeda, politik selalu membuka peluang untuk koalisi lintas partai.
### 8. **Tokoh dari Kalangan Profesional atau Akademisi**
Jika Anies dan PDIP ingin menghadirkan figur baru yang tidak terafiliasi dengan partai politik tertentu, memilih cawapres dari kalangan profesional atau akademisi bisa menjadi pilihan. Sosok seperti Sri Mulyani, yang memiliki kredibilitas di bidang ekonomi, atau Mahfud MD yang memiliki latar belakang hukum, bisa menjadi pasangan yang memperkuat kepemimpinan nasional dari sisi kompetensi dan integritas.
### Faktor Penentu dalam Memilih Cawapres
1. **Keseimbangan Geografis**: Memilih cawapres dari daerah dengan jumlah pemilih besar yang berbeda dengan daerah asal Anies bisa menambah daya tarik pasangan ini secara nasional.
2. **Keseimbangan Ideologis**: Cawapres yang dapat mengimbangi atau melengkapi ideologi dan kebijakan Anies akan membantu menciptakan harmoni dalam pemerintahan.
3. **Elektabilitas dan Popularitas**: Popularitas cawapres sangat penting untuk menarik suara dari segmen pemilih yang lebih luas.
4. **Kemampuan dan Pengalaman**: Memilih cawapres yang memiliki kemampuan teknokratis atau pengalaman eksekutif yang kuat bisa meningkatkan kredibilitas pasangan ini di mata pemilih.
**Kesimpulan**
Meskipun kemungkinan Anies Baswedan menjadi calon presiden dari PDIP pada Pemilu 2029 masih sangat spekulatif, hal ini tidak bisa sepenuhnya dikesampingkan. Politik adalah dunia yang dinamis dan penuh kejutan, di mana segala kemungkinan bisa terjadi. Jika Anies mampu membuktikan dirinya sebagai figur yang dapat merangkul berbagai kelompok dan menjadi simbol persatuan, maka peluangnya untuk diusung oleh PDIP, atau setidaknya mendapatkan dukungan signifikan dari partai tersebut, akan semakin besar. Namun, perjalanan menuju pencalonan tersebut tentunya tidak akan mudah dan penuh dengan tantangan yang harus dihadapi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H