Membangun bangsa Indonesia yang berdaulat, adil, dan makmur tidak terlepas dari peran para pemimpin yang berintegritas serta berkomitmen pada nilai-nilai luhur bangsa. Di tengah dinamika globalisasi dan tantangan era digital, peran pemimpin yang mampu mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila dan semangat nasionalisme kiri menjadi semakin penting. Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) sebagai organisasi kaderisasi memiliki tanggung jawab besar untuk menciptakan kader-kader yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kedalaman moral dan keberpihakan pada rakyat.
### Pancasila sebagai Fondasi Kepemimpinan
Pancasila, sebagai dasar negara, merupakan sumber nilai yang tidak hanya harus dipahami secara teoritis oleh kader GMNI, tetapi juga diinternalisasikan dalam setiap tindakan dan keputusan. Nilai-nilai Pancasila, mulai dari Ketuhanan Yang Maha Esa hingga Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, harus menjadi panduan dalam memimpin dan berorganisasi. Kader GMNI harus mampu memanifestasikan nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kepemimpinannya tidak hanya bersifat karismatik, tetapi juga substantif dalam memberikan solusi atas permasalahan bangsa.
Pembinaan kader GMNI harus difokuskan pada penguatan pemahaman Pancasila sebagai ideologi yang dinamis dan relevan dengan tantangan zaman. Kader GMNI harus mampu melihat Pancasila sebagai alat perjuangan untuk mengatasi ketimpangan sosial, memperkuat persatuan, dan memperjuangkan hak-hak rakyat kecil. Ini berarti bahwa mereka harus memiliki wawasan yang luas, termasuk pemahaman yang mendalam tentang sejarah, budaya, dan dinamika politik nasional maupun internasional.
### Nasionalisme Kiri: Keberpihakan pada Rakyat
Nasionalisme kiri yang menjadi semangat perjuangan GMNI adalah nasionalisme yang berakar kuat pada keberpihakan kepada kaum marhaen, kelompok masyarakat yang selama ini termarjinalkan dalam sistem sosial-ekonomi. Di tengah arus liberalisme dan kapitalisme global yang semakin dominan, nasionalisme kiri menjadi penting sebagai benteng perlawanan terhadap ketidakadilan dan eksploitasi.
Kader GMNI harus memiliki kesadaran kritis terhadap ketimpangan struktural yang ada di masyarakat. Mereka harus peka terhadap isu-isu ketidakadilan, kemiskinan, dan penindasan, serta berani menyuarakan dan memperjuangkan hak-hak rakyat. Nasionalisme kiri bukan hanya soal retorika, tetapi harus diwujudkan dalam aksi nyata, baik dalam bentuk advokasi, pemberdayaan masyarakat, maupun keterlibatan aktif dalam proses politik.
Dalam konteks ini, GMNI perlu memberikan pembinaan yang intensif terkait dengan pemahaman ideologi Marhaenisme yang digagas oleh Bung Karno. Marhaenisme yang menekankan pada kedaulatan rakyat dan perlawanan terhadap segala bentuk penindasan harus menjadi landasan berpikir dan bertindak kader GMNI. Mereka harus mampu menginterpretasikan Marhaenisme secara kontekstual, sesuai dengan tantangan dan kebutuhan zaman, tanpa kehilangan esensi perjuangan.
### Kaderisasi Berkelanjutan
Proses kaderisasi di GMNI harus dilakukan secara berkelanjutan dan sistematis. Pembinaan kader tidak hanya dilakukan pada level teori, tetapi juga pada praktek di lapangan. Kader GMNI harus dibekali dengan kemampuan analisis yang tajam, kemampuan berkomunikasi yang efektif, serta keberanian untuk bertindak dalam menghadapi situasi yang kompleks.