Mohon tunggu...
Dimas Maulana
Dimas Maulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Random

Menjadi versi terbaik diri

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

KKN Back to Village 3 Universitas Jember: Meningkatkan Kesejahteraan Usaha Kerupuk Tenggiri Terdampak Covid-19

22 September 2021   13:25 Diperbarui: 22 September 2021   14:32 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 2. Label produk kerupuk tenggiri (Dokpri)

Pemerintah sendiri menetapkan perngertian UMKM dan kriterianya, beserta contoh UMKM. Pengertian UMKM tersebut tertuang dalam UU nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

UMKM diartikan sebagai bisnis yang dijalankan individu, rumah tangga atau badan usaha ukuran kecil. Penggolongan UMKM lazimnya dilakukan dengan batasan omzet per tahun, jumlah kekayaan atau aset, serta jumlah karyawan.

Coronavirus disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh severe acute respiratory syndrome virus corona 2 (SARS-CoV-2), atau sering disebut virus Corona. Kasus pertama penyakit ini ditemukan pertama kali di Wuhan, Tiongkok pada tanggal 31 Desember 2019. Virus ini mewabah ke seluruh penjuru dunia dengan merenggut jutaan jiwa. 

Covid-19 memberikan efek yang sangat besar kepada sektor perekonimian di seluruh negara. Peningkatan kasus setiap harinya di Indonesia menyebabkan pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan WFH atau Work Form Home. Kebijakan ini bertujuan untuk memutus mata rantai Coronavirus disease 2019 (COVID-19) yang semakin hari semakin parah dan korban bertambah banyak dengan jumlah kematian yang meningkat pula. 

Akan tetapi efek dari kebijakan tersebut membuat perekonomian di Indonesia menjadi terhenti seperti, industri yang memutus kontrak karyawannya karena menurunnya pendapatan. Hal ini menyebabkan banyak orang kehilangan sumber mata pencariannya.

Perekonomian yang semestinya dapat berjalan dengan normal seketika harus berhenti dikarenakan pandemi Covid-19 yang sedang mewabah di seluruh dunia, salah satunya adalah negara Indonesia.

Pemerintah di berbagai wilayah telah mengeluarkan kebijakan baru dalam menghadapi wabah pandemi Covid-19 yang salah satunya adalah pemberlakuan Perberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dan physical distancing. Kebijakan tersebut berdampak pada sektor perekonomian dengan diberlakukannya Work From Home (WFH) atau bekerja dari rumah dan industri terpaksa libur demi mengurangi resiko dari penyebaran virus ini.

Kebijakan Work From Home (WFH) dan Perberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) membuat UMKM kehilangan pasarnya. Dengan berkurangnya pangsa pasar harus membuat UMKM memutar otaknya agar dapat mempertahankan keberlangsungan usahanya. Tidak sedikit UMKM yang harus berhenti produksi dan hanya menanti pemasanan apabila ingin berproduksi.

Desa Olehsari merupakan salah satu desa yang di Banyuwangi, tepatnya di Kecamatan Glagah. Desa Olehsari merupakan desa wisata yang sebagaian masyarakatnya bermata pencarian sebagai wirausaha. 

Salah satunya adalah Bu Soffie seorang pemilik usaha produksi kerupuk tenggiri di desa ini merasakan dampak dari kebijakan pemerintah dalam memutus mata rantai penyebaran Covid-19. 

Kebijakan Work From Home (WFH) dan Perberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang dikeluarkan pemerintah membuat proses pendistribusian dan pemasaran produk usaha ini terganggu. 

Penurunan omzet dan jumlah produksi sangat dirasakan oleh pemilik usaha karena berkurangnya pangsa pasar secara drastis. Padahal sebelum pandemi virus Covid-19 ini pemilik uisaha dapat berproduksi secara besar dan lancar.

Selama 30 hari KKN ini penulis berfokus untuk membantu berdayakan UMKM Kerupuk Tenggiri. Hal pertama yang kami lakukan adalah melakukan koordinasi dengan kepal Dusun Joyosari, Desa Olehsari, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi. Pokok pembahasan adalah membahas tentang permasalahan yang dihadapi oleh mayoritas UMKM di desa Olehsari. 

Kemudian kami menentukan sasaran UMKM yang bergerak dalam bidang produksi kerupuk tenggiri dengan kepemlikan Bu Soffie. 

Diskusi dilaksanakan bersama pemilik usaha dan bertempat di rumah pemilik usaha. Hasil dari diskusi tersebut yaitu program kerja peserta KKN Back To Village III Universitas Jember yaitu program kerja KKN selama 30 hari.

Mahasiswa KKN Back to Village III Universitas Jember melakukann edukasi dan pendampingan terkait branding produk kerupuk tenggiri. 

Branding adalah memberi kekuatan brand pada produk dan layanan (Kotller & Keller 2012). Hal ini kami lakukan karena pemilik usaha masih belum memiliki label dan nama produk maka dari itu saya sebagai Mahasiswa KKN Back To Village 3 Universitas Jember membantu hal tersebut. 

Dengan adanya pendampingan pembuatan label dan nama produk tersebut diharapkan akan memberikan nilai tambah yang lebih terhadap produk kerupuk tenggiri ini.

Gambar 2. Label produk kerupuk tenggiri (Dokpri)
Gambar 2. Label produk kerupuk tenggiri (Dokpri)

Hal kedua yaitu terkait pemasaran digital, Chaffey (2202) mendefinisikan digital marketing merupakan penerapan teknologi yang akan membentuk hubungan online ke pasar, baik melalui website, database, email, bahkan digital TV. Tujuan melakukan pengenalan dan pendampingan pemasaran digital agar memperlebar pangsa pasar dari prouksi kerupuk tenggiri ini sehingga dapat meningkatkan pendapatan terhadap usaha tersebut

Gambar 3. Edukasi digital marketing (Dokpri)
Gambar 3. Edukasi digital marketing (Dokpri)

Evaluasi merupakan media untuk mengidebtifikasi pakah program kerja yang dilaksankan sesuai dengan perencanaan awal atau tidak. 

Dalam hal ini, evealuasi didiskusikan dengan mitra KKN Back to Village III Universitas Jember dan menemui beberapa kendala yang tidak berarti. 

Dalam proses realisasi program kerja dapat dinilai sesuai dengan apa yang disusun sebelumnya. Pada setiap pekannya aktif melaksanakan implementasi terhadapa program kerja sehingga hasil yang didapatkan juga jelas dan dapat terwujud sesuai target. Kegiatan ini sangat membantu usaha produksi kerupuk tenggiri "Lonte" dalam bertahan di tengah pandemi Covid-19.

Evaluasi terhadap penjualan perlu dilaksanakan untuk memastikan produk yang dipasarkan dapat diminati oleh konsumen serta menjadi tolak ukur keberhasilan program kerja. Evaluasi menjadi sarana untuk melakaukan pengecekan hasil dari pemasaran dan iklan untuk tetap menjaga kestabilan pendapatan. Evaluasi tersebut dapat dilaksanakan secara berkala untuk mengetahui traffic penjualan secara optimal.

Selain itu dengar pendapat dengan konsumen juga menjadi media yang efektif untuk sebagai bahan evaluasi. Masukan serta kritik dari konsumen perlu didengar dan dikaji ulang dengan tujuan meningkatkan kualitas produk.

Beberapa masukan yang diberikan oleh para konsumen terkait produk Kerupuk Tenggiri "Lonte" ini sangat beragam diantaranya tentang packaging hingga kebersihan dari tempat produksi tersebut. 

Menurut pendapat Ibu Soffie selaku pemilik usaha produksi kerupuk tenggiri ini beliau menyampaikan sangat bersyukur dan berterimaksih kepada pihak Universitas Jember yang telah membantu meningkatkan kesejahteraan UMKM Produksi Kerupuk Tenggiri 'Lonte" sehingga usaha Ibu Soffie dapat berproduksi kembali di tengah wabah Covid-19.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun