Mohon tunggu...
Jurnal Muda
Jurnal Muda Mohon Tunggu... Lainnya - Kumpulan catatan,beragam bentuknya

Sekedar mengambil,mengumpulkan,menyimpulkan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Setengah Gila

15 September 2021   10:52 Diperbarui: 15 September 2021   11:00 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://galeri-nasional.or.id/collections/167-nenek

Lelaki dengan rambut menyentuh bahu, terlihat duduk menghadap jendela ruang kerjanya. Mungkin lebih tepatnya disebut gudang, karena ada banyak rak, berisi buku, koran-koran, sepeda yang berkarat, empat mesin tik karatan, semua barang itu tersusun tanpa pola. Tentu mudah menyimpulkan apakah ia sudah menikah atau belum.

Rokok ia nyalakan,cukup tiga puluh menit ruangan telah penuh aroma tembakau,padahal jendelanya terbuka. Aneh,tapi lelaki itu terlihat tidak peduli,bahkan suatu ketika saat rumah tetangganya terbakar, penuh riuh orang yang kelabakan,ia tetap jenak duduk dan ngerokok dengan novel AKI nya Abdullah Idrus. Lebih parah lagi ada waktu dimana ia serasa berloncatan jiwanya,kadang ke Inggris, ke Yogya,Solo, bahkan merasa jadi saksi sejarah mulai dari jaman berjuang, jaman merdeka, orde lama, orde baru, reformasi, semua berkat tumpukan buku dan korannya.

********************

Putung rokok terus berjatuhan setiap sepuluh menit, lelaki itu tidak membiarkan udara ruangan terasa segar, ia benci keenakan. Angin kadang menggodanya dengan membalikkan asap rokok yang ia buang ke luar jendela, sehingga berbalik menabrak mukanya. Ia benar-benar tidak peduli. Dalam kepalanya suara-suara berdebat dengan sengit.

"Bagaimana rasanya bunuh diri?? setiap risalah yang aku baca selalu mengatakan sebab dan akibatnya. Tapi rasanya gimana tidak ada yang berani menjawab."  Ia bergumam.

Seketika ia teringat kalimat sastrawan Yogya,Iman Budhi Santosa.
"Bunuh diri bukan perkara biasa,karena tidak semua orang mau dan mampu melaksanakannya."

Rasa penasarannya makin dalam,bahkan muncul ide di benaknya untuk bunuh diri,bukan karena putus asa dalam hidup,hanya penasaran. Ia punya rencana untuk bunuh diri dengan racun atau apapun,yang penting ada waktu jeda sebelum benar-benar meninggal. Ia ingin menuliskan suasana menuju kematian,sesingkat apapun.

Saat sudah mantap dan ada penyemprot nyamuk disamping kanannya,ia mulai bersiap. Rokok ia matikan,kertas ia letakkan disusul pulpen diatasnya.

Tiba tibaa handphonenya berbunyi. Ia sedikit terperanjat,nama Mama terpampang,dengan bunyi nada dering yang sungguh mengganggu.

"Nak tadi mama mecahin piring,pas mau bawa ke meja makan. Kamu nggak apa-apa kan??,mama tiba-tiba kepikiran kamu. Bla bla blaa...

Ia tak bisa mendengarkan dengan jelas,padahal ibunya panjang lebar bicara,yang jelas ia mengurungkan niat gilanya. Ia menyulut rokok lagi,lalu menuliskan kalimat :

"Bunuh diri adalah luka yang sangat rahasia
Jangan kita coba buka rasanya"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun