Mohon tunggu...
Dimas Khrisna Wicaksana
Dimas Khrisna Wicaksana Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keberagaman: Jembatan yang Menghubungan Kita dari Jurang Tak Berdasar

21 November 2024   23:43 Diperbarui: 23 November 2024   11:45 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keesokan harinya, mereka dibangunkan sekitar pukul 04.30 untuk mengikuti pengajian. Waktu istirahat yang tidak terlalu banyak harus dapat diterima oleh para Kanisian untuk beradaptasi di pondok pesantren. Mereka mengikuti kegiatan pengajian hingga pukul 06.00. Setelah itu, mereka kembali ke kobong untuk bersiap-siap karena mereka akan pergi ke sekolah.

Pada hari itu, mereka ikut belajar dan berbaur dengan para santri di sekolah. Para Kanisian dibagi menjadi beberapa kelompok untuk belajar di berbagai kelas yang berbeda, Selama di kelas, mereka kembali disambut dengan hangat oleh para santri. Para santri tidak menganggap para Kanisian yang berbeda dengan mereka. 

Tidak terlihat adanya tembok yang membatasi interaksi mereka. Para Kanisian diberikan kesempatan untuk berbagi pengalaman mereka dan begitu pun para santri. Sayangnya, kegiatan di sekolah tidak berlangsung cukup lama. Mereka harus berpisah pada pukul 11.00 karena para santri akan melakukan salat.

Hari itu tidak berakhir dengan begitu saja. Pada malam hari, mereka diminta mengenakan pakaian yang rapi, yaitu baju koko, peci, hingga sarung. Para Kanisian bersama-sama berjalan ke dalam masjid untuk mengikuti kegiatan seperti malam pentas seni. Saat mereka berjalan memasuki masjid, mereka kembali disambut dengan meriah.

 Para santri menyapa, tersenyum, dan melambaikan tangannya kepada mereka. Selama kurang lebih tiga jam, para Kanisian menyaksikan para santri bernyanyi dan menampilkan bakat mereka. Malam itu merupakan malam yang tidak akan pernah dilupakan oleh para Kanisian.

Kegiatan ekskursi lintas agama ini memang berlangsung dengan cukup singkat. Akan tetapi, pengalaman ini merupakan pengalaman yang akan selalu diingat dalam kehidupan mereka. 

Melalui kegiatan ini, para Kanisian dapat belajar dan merasakan secara langsung untuk hidup di tengah-tengah maraknya perbedaan. Meskipun para santri dan Kanisian memiliki perbedaan yang cukup signifikan, para santri tetap menganggap mereka seperti saudara sendiri. Tidak terdapat satupun tindak diskriminasi di antara mereka.

Melalui kegiatan ini, kita dapat mengambil poin penting untuk diterapkan dalam kehidupan kita berikutnya. Perbedaan yang ada di antara kita bukanlah sebuah tembok yang akan selalu membatasi kehidupan kita dalam berbangsa dan bernegara. 

Akan tetapi, perbedaan itu adalah jembatan yang menghubungkan kita melewati jurang yang tidak berdasar. Perbedaan dan keberagaman yang kita miliki janganlah dijadikan sebagai rintangan. Jadikanlah keberagaman sebagai kekuatan untuk saling melengkapi satu dengan yang lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun