Banyak dari mereka tumbuh tanpa figur orang tua yang mampu memberikan komunikasi yang sehat dan membangun sehingga membuat masa depan bangsa ini seolah suram.
Fenomena ini memunculkan istilah seperti "generasi stroberi," "fatherless generation," hingga tekanan yang dialami "sandwich generation."Â
Namun, alih-alih menyalahkan satu pihak, kita perlu memahami bahwa ini adalah masalah kolektif yang membutuhkan perhatian bersama.
Generasi Stroberi: Rentan Tapi Berharga
Istilah "generasi stroberi" pertama kali diperkenalkan di Taiwan untuk menggambarkan anak muda yang tampak mengilap di luar tetapi rapuh di dalam.Â
Generasi ini sering dianggap kurang tahan banting terhadap tekanan hidup. Dalam konteks psikologi, hal ini bisa dikaitkan dengan pola asuh yang overprotektif.Â
Menurut teori perkembangan Erik Erikson, tahapan psikososial yang dilalui seorang anak memengaruhi kemampuan mereka menghadapi tantangan di masa dewasa.Â
Jika anak tidak diberi kesempatan untuk menghadapi kesulitan atau gagal secara mandiri, mereka mungkin akan kesulitan mengembangkan kemandirian dan ketahanan mental.
Fatherless Generation: Ketika Figur Ayah Tak Hadir
Fenomena "fatherless generation" atau generasi tanpa kehadiran figur ayah menjadi isu serius di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.Â
Data dari berbagai studi menunjukkan bahwa anak-anak yang tumbuh tanpa keterlibatan ayah sering mengalami masalah emosional dan perilaku.Â
Menurut Attachment Theory yang dikembangkan oleh John Bowlby, hubungan antara orang tua, khususnya ayah, dengan anak sangat penting untuk membentuk kepercayaan diri dan stabilitas emosional.Â
Tanpa kehadiran ini, anak-anak mungkin merasa kurang percaya diri dan mengalami kesulitan membangun hubungan interpersonal.
Sandwich Generation: Beban Ganda di Tengah Keluarga
Fenomena lain yang perlu diperhatikan adalah tekanan yang dialami oleh "sandwich generation," yaitu kelompok dewasa yang berada di antara kebutuhan anak-anak mereka dan tanggung jawab merawat orang tua yang sudah lanjut usia.Â
Beban ini sering kali berdampak pada kemampuan mereka untuk memberikan perhatian yang memadai kepada anak-anak. Dalam jangka panjang, hal ini menciptakan siklus tekanan yang berulang dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Menurut teori stres dan coping yang dikembangkan oleh Lazarus dan Folkman, kemampuan seseorang untuk mengatasi stres sangat bergantung pada sumber daya yang mereka miliki, termasuk dukungan sosial.Â
Namun, ketika individu dari sandwich generation harus menghadapi tekanan tanpa dukungan yang cukup, kemampuan mereka untuk memberikan pengasuhan yang baik juga dapat terpengaruh.
Kesalahan Kolektif yang Harus Diakui
Masalah-masalah ini tidak muncul begitu saja. Pola asuh yang salah, kurangnya komunikasi dalam keluarga, dan tekanan ekonomi adalah faktor-faktor yang saling terkait.Â
Sebagai masyarakat, kita sering kali terlalu cepat menyalahkan satu pihak, entah itu orang tua, anak-anak, atau bahkan sistem pendidikan.Â
Namun, penting untuk diingat bahwa ini adalah kesalahan kolektif. Kita semua memiliki andil dalam membentuk lingkungan yang lebih baik.
Komunikasi yang efektif dalam keluarga harus menjadi prioritas. Orang tua perlu belajar untuk lebih mendengarkan dan memahami kebutuhan emosional anak-anak mereka.Â
Di sisi lain, anak-anak juga perlu diberi ruang untuk belajar bertanggung jawab dan menghadapi tantangan hidup dengan mandiri.
Selain itu, dukungan dari komunitas dan pemerintah dalam menyediakan fasilitas dan program pengembangan keluarga sangatlah penting.
Seruan Untuk Meningkatkan Kepedulian Bersama
Masa depan bangsa tidak bisa diperbaiki oleh satu pihak saja. Dibutuhkan kepedulian bersama untuk menciptakan generasi yang lebih kuat dan tangguh.Â
Mari berhenti saling menyalahkan dan mulai membangun kesadaran bahwa setiap individu memiliki peran dalam perubahan ini.
Dengan komunikasi yang lebih baik, pola asuh yang sehat, dan dukungan sosial yang memadai, kita dapat memperbaiki kondisi generasi mendatang.Â
Semua ini dimulai dari langkah kecil yang kita ambil bersama hari ini. Mari kita jadikan kepedulian sebagai fondasi membangun masa depan bangsa yang lebih baik.***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI