Mohon tunggu...
Dimas Jayadinekat
Dimas Jayadinekat Mohon Tunggu... Freelancer - Author, Freelance Script Writer, Public Speaker, Enterpreneur Coach

Penulis buku Motivasi Rahasia NEKAT (2012), Penulis Skenario lepas di TVRI dan beberapa rumah produksi (2013-kini), Penulis Rubrik Ketoprak Politik di Tabloid OPOSISI dan Harian TERBIT (2011-2013), Content Creator di Bondowoso Network, Pembicara publik untuk kajian materi Film, Skenario, Motivasi, Kewirausahaan, founder Newbie Film Centre

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Ini Kisah Awal Film Drakor Mendunia dan Besarnya Dukungan Pemerintah Mereka

12 Desember 2024   16:56 Diperbarui: 13 Desember 2024   19:48 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anda bukan penggemar film drama korea (drakor)? Setelah ini sepertinya harus mulai melihat untuk membandingkannya dengan film serta kondisi perfilman di negeri ini.

Jika sudah menjadi penggemar drakor dan sesungguhnya juga tidak salah manakala bukan penggemarnya, rasanya kita perlu tahu bahwa di negeri asalnya, drakor telah menjadi ikon pengembangan budaya Korea di dunia.

Hallyu atau Korean Wave (K-Wave) rasanya tak bisa dibendung lagi, terutama di Indonesia, karena akibat cerita-cerita dari drakor, penetrasi kebudayaan mereka di tanah air begitu menggurita dan sulit dilepaskan untuk sementara waktu ini.

Kita coba kupas dari apa yang dianggap awal dari "pergerakan" mereka hingga bisa seberhasil sekarang.

Dilansir dari factsanddetail.com, semuanya diawali ketika drakor pertama kali ditayangkan di Singapura dan faktanya sangat disukai serta laris jika dibandingkan dengan pemasaran drakor di Jepang.

Menurut Melissa Kok, ia menulis di Straits Times tentang "Gelombang Korea mengalahkan kegilaan Jepang pada awal hingga pertengahan tahun 2000-an" dan juga menuturkan banyak hal yang berkaitan dengan hal tersebut.

Ketika Man Shu Sum menjadi direktur eksekutif kantor Taiwan dari Television Corporation of Singapore (sekarang MediaCorp), ia membawa drakor untuk televisi lokal pada akhir tahun 1990-an karena drakor alternatif yang lebih murah daripada film drama Jepang. 

Menurutnya, serial drama Korea saat itu menghabiskan biaya sekitar US$800 per episode dibandingkan dengan US$15.000 per episode untuk drama Jepang. 

"Kami memutuskan untuk membeli drama Korea, yang terlihat sangat primitif dalam hal nilai produksi, tetapi wajahnya menyegarkan dan alur ceritanya cukup menarik," katanya seperti yang ditulis Melissa Kok, pada 26 April 2012.

Apa yang dilakukan saat itu mengalami keberhasilan luar biasa sehingga beberapa drakor berkesan muncul dari masa itu termasuk kisah cinta Winter Sonata (2002), yang dibintangi oleh bintang televisi Korea Bae, dan serial TV Autumn In My Heart (2001). 

Saat ini, setidaknya lebih dari 24 drama Korea ditayangkan setiap minggu di Singapura di beberapa saluran TV kabel seperti VV Drama, KBS World, ONE, E City, dan tvN.

Kita bisa bayangkan, betapa drakor dulu bukanlah sebuah produk yang seperti sekarang ini, namun sudah sejak saat itu telah memiliki daya tarik dengan alur cerita menariknya.

Liew Kai Khiun dari Universitas Teknologi Nanyang, yang bidang penelitiannya meliputi drama televisi dan musik populer di Asia Tenggara, sebagian mengaitkan revolusi Hallyu dengan dorongan pemerintah Korea untuk mempromosikan semua hal yang berkaitan dengan Korea di luar negeri. 

"Tidak seperti rekan-rekan mereka di Jepang, pemerintah Korea dan industri media berinvestasi secara signifikan dalam mempromosikan K-wave di dunia sebagai bagian dari upaya memperkuat kekuatan lunak negara ini." katanya.

Pada tahun 2006, sebuah situs web bahkan didirikan oleh Organisasi Pariwisata Korea yang menggabungkan rincian pemeran drama Korea populer dengan informasi tentang lokasi syuting untuk menarik pengunjung.

Berbagai bentuk bantuan untuk industri konten digital ditawarkan, yang berkontribusi besar terhadap pencapaian luar biasa budaya pop dari Korea Selatan. 

Contoh kasus yang berhasil adalah popularitas global grup penyanyi K-pop BTS dan film "Parasite", yang kemudian terpilih sebagai film terbaik di Academy Awards. 

Menurut Masaki Tsuchida, produser film yang tinggal di Korea Selatan, pencapaian tersebut dapat dikaitkan dengan upaya nasional mereka untuk memelihara industri drama, film, dan industri lainnya sambil menganggapnya sebagai bisnis ekspor yang penting.

Ketika menjabat pada tahun 1998 setelah krisis mata uang Asia, Presiden Korea Selatan saat itu Kim Dae-jung mendeklarasikan dirinya sebagai "presiden budaya." 

Ketika film Hollywood mendominasi daftar box office dunia pada saat itu, Seoul mulai membiayai industri konten, termasuk film dan drama TV, serta mengembangkan sistem hukum untuk mempromosikan ekspor sebagai bagian dari strategi pemulihan ekonominya. 

Sebelumnya, drama TV dari Korea Selatan telah diterima secara luas di kalangan penyiar di Taiwan dan Asia Tenggara sejak paruh pertama tahun 1990-an, karena "jauh lebih murah daripada drama Jepang dan terdiri dari banyak bagian."

Memanfaatkan tren tersebut, pemerintah Korea Selatan memperkuat promosi, yang mengarah pada perluasan pasar drama di luar negeri. 

Hal ini juga mengakibatkan biaya hak siar dan anggaran produksi yang lebih tinggi. Gaji tetap untuk aktor dan penulis naskah baru pun meningkat, sehingga menarik bakat baru ke industri hiburan.

Menyadari kedahsyatan tersebut, para pengusaha di Korea pun bahu membahu menopang demi bekerja sama mendukung dengan menempatkan produk mereka di setiap tayangan drakor secara "halus".

Jadi jelas rasanya, jika Film Indonesia ingin mendunia seperti drakor, sudah saatnya kerja besar tentang budaya ini juga didukung sepenuh hati oleh pemerintah sehingga nantinya dukungan lain akan datang seperti yang telah mereka lakukan.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun