Mohon tunggu...
Dimas Jayadinekat
Dimas Jayadinekat Mohon Tunggu... Freelancer - Author, Freelance Script Writer, Public Speaker, Enterpreneur Coach

Penulis buku Motivasi Rahasia NEKAT (2012), Penulis Skenario lepas di TVRI dan beberapa rumah produksi (2013-kini), Penulis Rubrik Ketoprak Politik di Tabloid OPOSISI dan Harian TERBIT (2011-2013), Content Creator di Bondowoso Network, Pembicara publik untuk kajian materi Film, Skenario, Motivasi, Kewirausahaan, founder Newbie Film Centre

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Hidup Minimalis: Tren Atau Solusi Mengurangi Stres dan Peningkatan Kesejahteraan?

3 November 2024   17:17 Diperbarui: 3 November 2024   17:21 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by SHVETS production: https://www.pexels.com/photo/man-near-carton-boxes-with-many-different-words-about-stress-7203955/ 

Gaya hidup minimalis semakin mendapatkan perhatian di era modern, terutama di tengah meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan mental dan kesejahteraan. 

Bagi banyak orang, hidup minimalis bukan sekadar tren sementara, tetapi menjadi solusi yang signifikan untuk menghadapi stres yang sering muncul dari pola hidup konsumtif. 

Namun, apa sebenarnya hidup minimalis, dan mengapa banyak yang merasa terinspirasi untuk mengadopsinya?

Secara sederhana, hidup minimalis adalah gaya hidup yang berfokus pada hal-hal esensial, membebaskan diri dari barang-barang atau aktivitas yang tidak membawa kebahagiaan atau makna. 

Prinsip utama dari gaya hidup ini adalah "lebih sedikit lebih baik." Namun, minimalisme tidak hanya sebatas jumlah barang yang dimiliki, melainkan juga tentang bagaimana seseorang memprioritaskan hal-hal yang benar-benar penting dalam hidup.

Marie Kondo, seorang pakar decluttering yang terkenal, memopulerkan konsep ini melalui filosofi "spark joy," yaitu menyimpan hanya benda-benda yang membawa kebahagiaan. 

Filosofi serupa diterapkan oleh Joshua Fields Millburn dan Ryan Nicodemus, penulis dan pencipta The Minimalists, yang menekankan bahwa minimalisme adalah alat untuk mencapai kebebasan dari beban fisik dan emosional yang menghalangi kebahagiaan.

Pakar kesehatan mental menyebut bahwa gaya hidup minimalis dapat memberikan dampak besar bagi kesejahteraan seseorang.

Rumah yang rapi, misalnya, dapat menciptakan rasa tenang dan mengurangi kecemasan. Barang yang berlebihan di lingkungan kita sering kali berkontribusi pada perasaan kewalahan dan stres.

Psikolog Dr. Sherrie Bourg Carter menyebutkan bahwa kekacauan dan kepadatan barang di rumah dapat memicu stimulasi sensorik yang berlebihan, membuat otak sulit fokus. 

Dengan mempraktikkan minimalisme, otak kita mendapat ruang untuk beristirahat dan berkonsentrasi pada hal-hal yang berarti. Ini meningkatkan produktivitas dan membawa rasa damai.

Bagaimana Memulai Hidup Minimalis?

  1. Refleksi dan Evaluasi
    Langkah pertama untuk hidup minimalis adalah mengevaluasi barang dan aktivitas yang Anda miliki. Tanyakan pada diri sendiri: "Apakah ini memberikan nilai atau kebahagiaan?" Jika jawabannya tidak, mungkin sudah saatnya untuk melepaskannya.

  2. Bersihkan Ruang Secara Bertahap
    Anda tidak perlu melakukan perubahan besar-besaran dalam semalam. Mulailah dengan membersihkan satu ruangan atau lemari, lalu lihat bagaimana perasaan Anda setelahnya. Setiap langkah kecil memiliki dampak besar dalam jangka panjang.

  3. Atur Waktu untuk Beristirahat dari Teknologi
    Minimalisme tidak hanya tentang benda fisik. Luangkan waktu untuk "digital decluttering" dengan mengurangi notifikasi yang mengganggu, menyusun email, atau mengambil jeda dari media sosial untuk mengurangi kecemasan.

  4. Fokus pada Pengalaman, Bukan Barang
    Mengalokasikan waktu untuk pengalaman, seperti berjalan-jalan di taman atau menghabiskan waktu berkualitas bersama orang tersayang, dapat memberikan kebahagiaan yang lebih tahan lama dibandingkan membeli barang mewah.

Apakah Minimalisme Cocok untuk Semua Orang?

Meskipun manfaatnya terdengar menggoda, gaya hidup minimalis mungkin tidak cocok untuk semua orang. Bagi sebagian orang, ada tantangan dalam melepaskan benda-benda yang memiliki nilai sentimental. 

Namun, tidak ada pendekatan yang "satu ukuran untuk semua." Minimalisme dapat diadaptasi sesuai kebutuhan dan nilai-nilai pribadi.

Yang terpenting, minimalisme bukan tentang hidup dengan sedikit mungkin, tetapi hidup dengan cukup untuk merasa bahagia dan puas. Tidak harus benar-benar ekstrem; yang lebih penting adalah bagaimana mengutamakan kebahagiaan dan kesejahteraan Anda.

Minimalisme Bisa Jadi Solusi?

Di era yang penuh dengan distraksi dan kelebihan informasi, hidup minimalis bisa menjadi oasis yang memberikan ketenangan. 

Di saat kita dibombardir dengan iklan dan tren yang mendorong konsumsi berlebihan, mempraktikkan minimalisme membantu kita menemukan kembali makna sejati dalam hidup dan menikmati setiap momen.

Gaya hidup ini mengingatkan kita untuk tidak terjebak dalam perlombaan tanpa akhir dalam mengejar materi. 

Dengan menyederhanakan hidup, kita bisa fokus pada apa yang benar-benar penting: kesehatan, hubungan, dan kebahagiaan yang sejati.

Jika mau hidup tenang, nyaman dan sejahtera, rasanya hidup minimalis bisa menjadi pilihan baru untuk Anda.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun