Mohon tunggu...
Dimas Jayadinekat
Dimas Jayadinekat Mohon Tunggu... Freelancer - Author, Freelance Script Writer, Public Speaker, Enterpreneur Coach

Penulis buku Motivasi Rahasia NEKAT (2012), Penulis Skenario lepas di TVRI dan beberapa rumah produksi (2013-kini), Penulis Rubrik Ketoprak Politik di Tabloid OPOSISI dan Harian TERBIT (2011-2013), Content Creator di Bondowoso Network, Pembicara publik untuk kajian materi Film, Skenario, Motivasi, Kewirausahaan, founder Newbie Film Centre

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Waspada Diabetes! Gula Manis Rasanya Tapi Berdampak Pahit Bagi Kesehatan Tubuh

2 November 2024   06:38 Diperbarui: 2 November 2024   07:08 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan ini saya kerap mendengar dan melihat mengenai informasi penyakit diabetes yang terus mengancam di negeri ini.

Tentu Diabetes ini pun menjadi ancaman bagi saya yang cukup menyukai gula sehingga terpikir jika tidak menghentikan mengonsumsi maka bukan tidak mungkin akan terkena.

Meskipun bukan fanatik ataupun pecandu, tapi minum es teh manis ketika remaja hingga kuliah adalah hobi saya, terutama setiap habis makan di warteg atau jajanan lainnya.

Untungnya semua itu terkontrol karena di masa itu saya sangat aktif berolahraga dan ketika menikah pun takaran gulanya yang disajikan istri jauh menurun ketika di masa muda dahulu.

Seberapa mengkhawatirkannya penyakit diabetes di negeri ini? Rasanya kita perlu mengupasnya sedikit dalam artikel ini selain jenis-jenis "gula" yang berbahaya bagi tubuh.

Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan mengungkap, terjadi peningkatan prevalensi penyakit diabetes mellitus (DM) pada penduduk umur di atas 15 tahun berdasarkan hasil pengukuran kadar gula darah.

Pada Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 tercatat, prevalensi diabetes Indonesia mencapai 10,9%. Kini, prevalensinya mencapai 11,7% pada 2023.

Pada tahun 2021, Indonesia berada di posisi ke-5 dunia untuk jumlah pengidap diabetes, dengan prevalensi sebesar 10,6%.

International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia akan mencapai 28,57 juta pada tahun 2045.

Bagaimana menurut Anda? Apakah akan diam saja dan tetap membiarkan diri serta keluarga menjadi pengidap diabetes?

Sebagai wawasan serta wacana juga bagi Anda, saya akan menyampaikan  pula dari mana sumber-sumber serta jenis gula yang menjadi penyebab diabetes tersebut.

Dilansir dari laman Zoe.com, gula dapat berupa monosakarida dan disakarida. Dan berikut penjelasannya tentang segala yang berkaitan dengan hal tersebut.

"Monosakarida" berarti "satu sakarida," atau unit gula. Unit-unit ini merupakan bahan penyusun karbohidrat. Disakarida memiliki dua monosakarida yang disatukan.

Tubuh Anda mencerna dan memetabolisme gula ini secara berbeda.

1. Sukrosa

Sukrosa atau gula meja adalah disakarida yang terdiri dari satu unit glukosa dan satu unit fruktosa. Produsen membuatnya dengan mengolah tebu dan bit gula.

Karena sukrosa adalah disakarida, tubuh Anda harus memecahnya menjadi monosakarida sebelum diserap ke dalam aliran darah Anda.

2. Glukosa

Glukosa merupakan monosakarida yang terdapat dalam biji-bijian, kacang-kacangan, dan sayuran. Glukosa juga terdapat dalam makanan bertepung seperti kentang dan nasi.

Namun, glukosa juga hadir dalam disakarida, seperti sukrosa atau laktosa, yang merupakan gula dalam susu.

Tubuh Anda menggunakan glukosa sebagai sumber energi utamanya. Pada label makanan, glukosa terkadang muncul sebagai "dekstrosa." 

Dekstrosa memiliki struktur yang sama dengan glukosa, dan umum digunakan dalam pembuatan makanan. Anda mungkin melihatnya dalam daftar bahan untuk makanan panggang, sirup jagung, dan makanan olahan lainnya.

Ketika Anda mengonsumsi makanan yang mengandung glukosa, tubuh Anda akan menggunakan apa yang dibutuhkannya dan menyimpan sisanya sebagai glikogen di hati atau otot Anda.

Hormon insulin mengendalikan ketat kadar glukosa dalam darah Anda.

3. Fruktosa

Seperti glukosa, fruktosa adalah monosakarida. Fruktosa terdapat secara alami dalam buah-buahan, madu, dan banyak sayuran akar.

Bila produsen menambahkan fruktosa ke dalam produk, Anda mungkin melihatnya sebagai "sirup jagung fruktosa tinggi" pada kemasannya. Biasanya terdapat pada saus, minuman manis, makanan cepat saji, dan yoghurt beraroma.

Hati Anda perlu mengubah fruktosa menjadi glukosa sebelum tubuh Anda dapat menggunakannya sebagai bahan bakar.

Penyerapan dan pencernaan

Tubuh Anda mencerna dan menyerap berbagai jenis gula dengan cara yang berbeda. Misalnya, Anda menyerap monosakarida langsung ke aliran darah Anda. 

Tetapi Anda memerlukan enzim untuk memecah disakarida menjadi monosakarida sebelum diserap.

  • Sukrosa

Tubuh Anda harus memecah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa monosakarida sebelum Anda dapat menyerap gula ini ke dalam darah Anda. 

Prosesnya dimulai di mulut Anda, tetapi sebagian besar pekerjaan terjadi di usus halus Anda.

  • Glukosa

Tubuh Anda tidak perlu memecah glukosa sebelum menyerapnya.

Inilah sebabnya mengapa glukosa dapat meningkatkan gula darah Anda lebih cepat daripada gula lain yang lebih kompleks.

Begitu glukosa memasuki darah, ia memicu pelepasan insulin. Ini membantu glukosa bergerak dari aliran darah ke dalam sel-sel tubuh. Ini mengurangi kadar glukosa dalam darah.

  • Fruktosa

Karena fruktosa adalah monosakarida seperti glukosa, ia diserap langsung ke aliran darah Anda. 

Akan tetapi, tubuh Anda tidak dapat menggunakan fruktosa sebagai energi. Akibatnya, hati Anda harus mengubahnya menjadi glukosa. Karena langkah tambahan ini, fruktosa tidak merangsang pelepasan insulin.

Penelitian menunjukkan bahwa hal itu mungkin berperan dalam penyakit metabolik, seperti obesitas dan penyakit hati berlemak non-alkohol .

Ini mungkin karena mengonsumsi terlalu banyak fruktosa menyebabkan lemak menumpuk di hati Anda.

Efek kesehatan dari tambahan gula

Mengonsumsi terlalu banyak gula dapat memberi dampak negatif pada kesehatan gigi Anda .

Penelitian juga menunjukkan adanya hubungan antara konsumsi gula dalam jumlah banyak dengan penyakit kardiometabolik, seperti:

  • penyakit kardiovaskular
  • obesitas dan penyakit metabolik
  • penyakit hati berlemak

Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa terlalu banyak gula tambahan dapat memberi efek buruk pada kesehatan mental jangka panjang Anda.

Gula manakah yang paling sehat?

Secara keseluruhan, tidak ada jenis gula yang paling atau paling tidak sehat.

Kita biasanya mengonsumsi gula dalam makanan dan minuman, dan inilah yang harus kita perhatikan.

Jika kita membahas gula tambahan, fruktosa mungkin memiliki efek paling berbahaya, meskipun para ilmuwan masih menyelidikinya.

Para ahli telah menyepakati bahwa orang tidak perlu membatasi asupan gula dari sumber alami, seperti buah-buahan dan sayur-sayuran. 

Menghindari gula tambahan dan gula gratis adalah cara terbaik untuk mengurangi asupan gula dan mendukung kesehatan Anda.

Secara keseluruhan, fruktosa mungkin memiliki efek paling berbahaya, jika berupa gula tambahan dan dikonsumsi dalam jumlah besar itu sama artinya mengundang penyakit Diabetes ke tubuh Anda.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun