Mohon tunggu...
Dimas Jayadinekat
Dimas Jayadinekat Mohon Tunggu... Freelancer - Author, Freelance Script Writer, Public Speaker, Enterpreneur Coach

Penulis buku Motivasi Rahasia NEKAT (2012), Penulis Skenario lepas di TVRI dan beberapa rumah produksi (2013-kini), Penulis Rubrik Ketoprak Politik di Tabloid OPOSISI dan Harian TERBIT (2011-2013), Content Creator di Bondowoso Network, Pembicara publik untuk kajian materi Film, Skenario, Motivasi, Kewirausahaan, founder Newbie Film Centre

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

SOS Sebuah Seruan Minta Tolong dan Cara Bertahan Sebelum Pertolongan Datang

5 Oktober 2024   06:22 Diperbarui: 5 Oktober 2024   06:55 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Jan van der Wolf: pexels.com

Mungkin anda pernah menonton sebuah film yang menggambarkan orang menulis SOS dengan menggunakan pasir pantai?

Ataupun ketika zaman sekolah dulu belajar morse dengan peluit ada kode suara yang menyebut SOS juga, dimana itu diartikan sebagai seruan minta tolong?

Sebenarnya apakah isyarat SOS itu sendiri dan seberapa universalnya kode tersebut digunakan dalam seruan meminta pertolongan dalam kondisi darurat?

Menurut Wikipedia, SOS ( * * * --- --- --- * * * ) adalah kode Morse . Kode ini digunakan sebagai kode darutat untuk memberi sinyal bahaya . 

Kode ini pertama kali diperkenalkan oleh pemerintah Jerman dalam peraturan radio pada tanggal 1 April 1905 dan menjadi standar dunia ketika dimasukkan dalam Konvensi Radiotelegrafi Internasional kedua, yang ditandatangani pada tanggal 3 November 1906 dan mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 1908.

Sejak diperkenalkan, sinyal darurat SOS sebenarnya hanya merupakan rangkaian tiga "titik" (dit) /tiga "garis pendek" (dah) /tiga "titik"(dit) yang terus-menerus dibunyikan bersama tanpa spasi huruf. 

Dalam Kode Morse Internasional , tiga "titik" membentuk huruf S, dan tiga "garis pendek" membentuk huruf O, sehingga "SOS" merupakan cara termudah untuk mengingatnya. 

Dilansir dari indonesisafetycenter.org, SOS seringkali dikaitkan dengan frasa seperti Save Our Souls atau "Selamatkan Jiwa Kami", Save Our Ship atau "Selamatkan Kapal Kami", dan lain sebagainya.

Biasanya dikenal dengan "Selamatkan Kapal Kami". Padahal, frasa-frasa ini merupakan sebuah perkembangan selanjutnya, dan kemungkinan besar sebagai Mnemonik untuk membantu mengingat huruf yang benar, yang dikenal juga sebagai backronym . 

Namun faktanya, sinyal SOS bukanlah akronim dan tidak mewakili apa pun.

Berikut adalah jenis-jenis kode SOS yang lazim digunakan:

1. Visual 

  • Api
    Cara membuat kode Api ini bisa dengan membakar api unggun dengan tiga tumpukan kayu atau batu dalam pola tiga serangkai yang pendek-panjang-singkat, sesuai pola isyarat SOS. Tapi bukan bentuk polanya yang harus diperhatikan melainkan juga ketinggiannya harus cukup dan terlihat dari jarak jauh, terutama supaya terlihat di malam hari.
  • Asap
    Asap bisa dihasilkan dari bahan berupa daun hijau, tumpukan rumput kering, atau ban bekas. Buat api kecil di atasnya untuk menghasilkan asap, lalu biarkan asap naik dengan pola tiga serangkai.
  • Cermin
    Penggunaan cermin bisa dipakai saat situasi darurat untuk meminta bantuan. Caranya dengan memantulkan sinar matahari ke arah kapal yang diinginkan, terutama ke arah pesawat atau yang mungkin lewat di langit atau di laut menggunakan cermin. Namun, Anda harus mengaturnya sehingga sinar matahari terpantul dengan kuat, kemudian arahkan ke arah yang di inginkan dengan menggerakkan cermin.
  • Kain atau Bendera
    Kain juga bisa dijadikan benda untuk membuat isyarat SOS, asalkan ukurannya cukup besar seperti bendera misalnya. Caranya dengan menaruh kain bendera dengan pola tiga serangkai singkat-panjang-singkat di tempat yang terbuka dan mudah terlihat. Pegang kain atau bendera secara horizontal dan gerakkan dengan cepat untuk menarik perhatian penyelamat.

2. Audio

  • Peluit
    Bunyi peluit yang dihasilkan bisa dibuat dengan mengikuti pola tiga kali singkat, lalu tiga kali panjang, dan terakhir tiga kali singkat lagi. Pastikan suara peluit Anda cukup keras dan jelas agar dapat didengar oleh tim penyelamat.
  • Teriakan
    Teriakan akan sangat berguna untuk menarik perhatian orang lain. Teriakan Anda harus konsisten dengan pola tiga serangkai, dengan tiga kali singkat, tiga kali panjang, dan tiga kali singkat lagi.
  • Ketukan
    Keadaan Darurat tidak hanya ada di ruang terbuka, mungkin seseorang mengalaminya di ruangan yang terkunci dan alat komunikasi tak berfungsi. Maka ketukan isyarat SOS bisa menjadi jawaban dalam keadaan tersebut. Ketukan yang dimaksud bisa dengan menggunakan ketuk tiga kali singkat, tiga kali panjang, dan tiga kali singkat lagi pada permukaan yang keras atau di dalam ruangan yang kedap suara.

Dan kembali yang harus diperhatikan adalah agar Anda perlu bersabar ketika menerapkan kode SOS, karena bagaimanapun SOS bisa menyelematkan di dalam keadaan darurat. 

Dengan penggunaan isyarat SOS itu, Anda dimungkinkan akan mendapatkan peluang terbaik untuk bertahan hidup, memunculkan sikap optimis, dan menjaga fokus serta konsistensi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun