Daya tarik kepolosannya itu bukan sesuatu yang asal direkayasa, melainkan mengikuti pengalaman hidupnya yang memang penuh perjuangan.
Lahir di Losari, Jawa Barat, pada 6 September 1950, tentu pria berusia 74 ini bukan lagi masuk ke generasi muda.
Namun ketika melihat penampilannya di unggahan video kemarin, tampak semangat berjiwa mudanya tampil demi menghibur audiens, khususnya anak-anak.
Bukti hidupnya penuh perjuangan adalah ketika sebelum mengikuti ajang tersebut, Tarno bekerja sebagai penjual martabak keliling, yang ternyata menyambi sebagai seorang pesulap keliling.
Dan nasib berkata lain, tentu dampak penghargaan di ajang tersebut sempat membuatnya mengalami perubahan ekonomi.
Dilansir dari media online viva.id, sejak Ayahnya meninggal dunia, sang ibu malah pergi meninggalkannya karena berselingkuh dengan laki-laki yang berasal dari luar desa tempat Tarno berasal.Â
Karena kehidupannya yang sulit, Tarno sempat tidak mampu membeli beras dan hanya bisa makan jagung. Kemudian di usia 10 tahun, ia pun nekat merantau ke Jakarta sendirian!Â
Pada awal tahun 1970-an, Tarno tak punya cukup punya banyak uang sehingga ia pergi dengan menumpang kereta barang pengangkut kayu dan sapi yang transit di Stasiun Losari.Â
Di Jakarta, Tarno bekerja sebagai penjual minyak tanah keliling, hingga kemudian beralih menjadi penjual martabak keliling.
Kemampuannya bermain sulap terasah dari kreativitasnya saat berjualan martabak keliling, ia menggunakan trik tersebut untuk menarik hati anak-anak agar membeli dagangannya.
Dan nasibnya berubah drastis di tahun 2009, ketika sedang berjualan di suatu sekolah, Tarno sedang beraksi dengan trik sulapnya, tiba-tiba dihampiri oleh seorang guru dari sekolah tersebut yang menyaksikan penampilannya.Â