Mohon tunggu...
Dimas Jayadinekat
Dimas Jayadinekat Mohon Tunggu... Freelancer - Author, Freelance Script Writer, Public Speaker, Enterpreneur Coach

Penulis buku Motivasi Rahasia NEKAT (2012), Penulis Skenario lepas di TVRI dan beberapa rumah produksi (2013-kini), Penulis Rubrik Ketoprak Politik di Tabloid OPOSISI dan Harian TERBIT (2011-2013), Content Creator di Bondowoso Network, Pembicara publik untuk kajian materi Film, Skenario, Motivasi, Kewirausahaan, founder Newbie Film Centre

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Memahami Butterfly Effect demi Sebuah Perubahan di Dunia

24 September 2024   06:44 Diperbarui: 24 September 2024   07:04 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernah nonton film Butterfly Fffect yang dimainkan oleh Ashton Kutcher dan Ami Smart? Belum? ya sudah tak apa, karena saya juga tidak ingin membahas film itu kok.

Entah mengapa, tiba-tiba saja saya teringat kata butterfly efect dan ingin menuliskannya meski lewat artikel singkat ini, dan tentu berdasarkan kepemahaman saya yang masih perlu banyak belajar ini.

Lantas apa menariknya butterfly effect apalagi ditambahi dengan "bumbu" kalimat demi sebuah perubahan di dunia?

Apakah kupu-kupu si makhluk mungil yang lucu dan indah itu dapat menciptakan sebuah perubahan besar bagi peradaban dunia?

Ingat kata perubahan, jadi ingat jargonnya "abah" Anies Baswedan saat maju dalam kontestasi politik sebagai calon Presiden kemarin ya?.

Gampangnya, menurut berbagai sumber, butterfly effect adalah sebuah gagasan mengenai peristiwa kecil yang tampaknya sepele pada akhirnya dapat mengakibatkan sesuatu dengan konsekuensi yang jauh lebih besar -- dengan kata lain, peristiwa tersebut memiliki dampak non-linier pada sistem yang sangat kompleks. 

Misalnya, ketika seekor kupu-kupu mengepakkan sayapnya di India, perubahan kecil pada tekanan udara tersebut pada akhirnya dapat menyebabkan tornado di Iowa. 

Dilansir dari laman science.howstuffworks.com, istilah "efek kupu-kupu" dicetuskan pada tahun 1960-an oleh Edward Lorenz , seorang profesor meteorologi di Institut Teknologi Massachusetts, yang mempelajari pola cuaca. 

Ia merancang sebuah model yang menunjukkan bahwa jika Anda membandingkan dua titik awal yang menunjukkan cuaca terkini yang berdekatan, keduanya akan segera menjauh dan nantinya, satu area dapat dilanda badai hebat, sementara area lainnya tenang.

Butterfly effect atau efek kupu-kupu ini sebenarnya bisa dilihat setiap hari. Cuaca hanyalah salah satu contohnya. Perubahan iklim adalah contoh lainnya. Karena, ternyata, pemanasan iklim berdampak pada spesies kupu-kupu Alpen di Amerika Utara.

"Perubahan iklim diperkirakan akan menimbulkan beberapa dampak besar, seperti terlalu panas bagi beberapa spesies atau terlalu kering bagi spesies lain, tetapi ada sejumlah besar dampak tidak langsung yang lebih kecil yang juga akan terjadi," tulis Alessandro Filazzola, seorang pakar ekologi komunitas dan ilmuwan data, serta peneliti pascadoktoral di University of Alberta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun