Dilansir dari suaramuhammadiyah.id, Pada pertengahan 1970 an, dalam posisi karir cemerlang, melakui Jenderal Ibnu Sutowo, BJ Habibie diundang pulang ke Tanah Air oleh Rezim Orde Baru guna sumbang pemikiran serta karya untuk pembangunan Indonesia.
Sebagai seorang ilmuwan yang berpikir ke depan BJ Habibie segera merancang dua entitas ide cemerlang yang hadir hingga saat ini. Pertama, Badan Perencanaan dan Penerapan Teknologi yang didirikan tahun 1976. Kedua PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio yang didirikan tahun 1978.
Mungkin masih ada lagi? Silahkan saja ditambahkan. Jika memang tidak ada kisah seperti BJ Habibie ini, berapa banyak diaspora Indonesia di luar negeri?
Menurut Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, pada tahun 2023, lebih dari 6-9 juta diaspora Indonesia tinggal di luar negeri. Ini tidaklah sedikit, bukan?
Saya hanya berimajinasi, jika mereka semua diberikan posisi sesuai dengan bidan yang dipelajari serta dikuasai, masa sih negeri kita tidak menjadi lebih baik?
Mereka yang biasa tinggal di luar negeri tentu akan berpikir berbeda dan akan membandingkan sistem kemasyarakatan dimana mereka tinggal.
Hal baiknya tentu harus diadaptasikan hingga kultur dan kearifan lokal bangsa ini tidak hilang begitu saja.
Seperti misalnya sistem birokrasi kita yang terlalu "rumit" sehingga selalu menciptakan ruang Korupsi-Kolusi-Nepotisme.
Jika benar Indonesia akan menerima bonus demografi di tahun 2045, sekarang-sekarang inilah saatnya kita harus benar-benar sadar.
Lirik semua potensi yang ada, panggil semua diaspora atau setengah bahkan lebih sedikit saja dari itu, sesuai dengan yang paling baik menurut ketentuan para ahlinya kelak.
Dan jadikan hal itu sebagai proyek jangka panjang sembari secara bersamaan terus melakukan pembinaan serta kaderisasi untuk menggali para kader.