23 September 2004
Matahari terbit telat itu kiamat!
Itu yang diketahui oleh semua orang termasuk Bunga, sama pula dengan para peserta apel pagi Karang Taruna Jakarta Selatan ini. Mereka semua sudah bersiap diberangkatkan untuk pergi ke Villa Tautan Hati di Puncak, Bogor untuk Latihan Dasar Kepemimpinan sekaligus memperingati Hari Lahir Karang Taruna yang jatuh pada tanggal 26 September.
Dan hari itu keberangkatan mereka tertunda hampir sejam dari jadwal yang tertera di rundown event, panitia dan para senior asli sewot semua. Bisa jadi ini kiamat sugra, alias kiamat kecil bagi mereka semua. Selain harus berpanas-panas hati menunggu salah seorang yang terlambat, mereka juga berjemur di lapangan parkir kantor Walikota, matahari udah mulai muncul cuy...anget!
Akhirnya kelompok Bunga yang berasal dari Kecamatan Pesanggrahan pun diberangkatkan dulu, tinggal kelompok dari Kecamatan Kebayoran Lama saja yang tertahan dan pasti akan menerima hukuman nanti.Â
Dan ini semua gegara seorang pemuda tampan bernama Matahari Persada!Â
Tuh...lihat, namanya keren kan? Tapi kelakuannya jauh dari kata keren...ckckckck...
Karang taruna Jaksel saat itu memang memiliki ketua yang ngiler...eh...Killer maksudnya, jadi untuk urusan disiplin dan kerapihan sudah pasti bakal masuk ke dalam"Perfect to-do list"Â miliknya.
Bang Rudi namanya...tinggi tegap badannya...mata elang mungkin bakal kalah kalau diadu sama mata dia yang tajam, kemarin saja ada yang kebeler alias tersayat tuh katanya...eh..nggak..bercyanda!
"Tung! Lo kali ini nggak seberuntung nama lo! Kalian semua stay di sini, nanti ada angkot yang bakal angkut kalian ke Puncak. Trus, inget, kalian nggak akan bebas dari hukuman berikutnya nanti di sana!" ucap Bang Rudi melotot, buseh...itu mata sampai mau copot.