Dan untuk semakin menguatkan niat tadi, janganlah sekadar meniatkannya pada sesuatu yang sifatnya material atau keduniaan, melainkan niatkan semuanya untuk Tuhan.
Mengapa? karena hanya dengan meniatkan semua untuk Tuhan, berarti kita telah melewati dimensi keduniaan yang matrealistis, bukankah Tuhan itu Maha Kuasa?
Dalam istilah muslimnya, Niat Lillahi Ta'ala, sebuah niat yang disandarkan kepada Allah SWT Sang Pencipta alam semesta.
Kemudian, untuk kian menguatkan niat tersebut, tumbuhkanlah rasa empati kita. Baik itu empati kepada diri sendiri ataupun kepada orang lain.
Terkadang kita sering ingin berempati kepada orang lain, namun melupakan cara berempati kepada diri sendiri. Seperti apakah itu?
Sederhananya, cobalah kita memaknai setiap keberhasilan selain tentu karena keputusan Tuhan, itu juga ada andil kita dalam berikhtiar, maka berikanlah diri kita apresiasi yang layak.
Empati kepada diri sendiri pun dapat diartikan dengan adanya kepedulian yang mendalam dengan mengenali setiap potensi diri serta mengemas keresahan menjadi sebuah karya maupun prestasi.
Setelah itu, agar keberhasilan semakin mendekat, kreatif adalah kunci untuk membuat apa yang telah kita lakukan menjadi lebih menarik untuk dilihat orang lain.
Rasa ketertarikan orang terhadap diri, karya ataupun produk akan menjadi sebuah nilai jual yang langsung tersbulimasi ke alam bawah sadar mereka. Jadi tak perlu harus memaksa mereka untuk menyukai ataupun membeli karya serta produk kita.
Kreatif tadi perlu dikemas dalam sebuah perencanaan yang kemudian ada tindakan akselerasi. Akselerasi sendiri merupakan tindakan percepatan. Bukan berarti tergesa-gesa namun harus disegerakan.
Disegerakan di sini maknanya, jangan berlama-lama dalam melakukan tindakan. Jika sudah merasa cukup untuk dijalankan, segera jalani, tak usah menunggu segala sesuatu yang pada akhirnya malah memperlambat atau menghentikan langkah kita.