Prof Algo bahkan sampai meneliti, mereka yang gemar FOMO itu kerap mengalami anxiety, kecemasan akut, yang sudah dalam tahap gangguan kejiwaan.
Mereka jadi lebih peduli dengan media sosial dibandingkan dengan dunia nyata. Mereka juga selalu ingin tahu kehidupan orang lain dan membandingkan diri sendiri dengan apa pun yang di-posting orang lain di sosial media. Â (Konon, di planet FOMO katanya ada juga sih medsos kayak di sini....)
Begitu juga dengan Mpok Ritma, di planetnya apapun diobrolin dan obrolannya ribet karena mereka selalu berasumsi serta menganalisa kejadian dengan ilmu cocokologi belaka, semuanya mengedepankan pembenaran bukannya kebenaran.
Masyarakat  di Planetnya selalu bergunjing dan di dalam setiap kesempatan senantiasa menyempatkan dirinya untuk "ghibahin" siapapun yang di dekatnya.
Rasa ke-FOMO-an dan sikap omon-omon itu ternyata memiliki dampak kehancuran yang dahsyat. Dan bahayanya, kedua hal tersebut hanya diabaikan, serta terus saja membagikan pembenaran demi pembenaran versinya.
Semoga negeri ini tidak diisi oleh makhluk FOMO dan super omon-omon seperti tempat tinggal Prof Algo serta Mpok Ritma, setidaknya, perkembangannya karena Vibes dari Prof Algo dan Mpok Ritma dapat dibatasi...
FYI, FOMO dapat membuat orang bertindak impulsif. Contohnya, mereka mungkin membeli tiket konser walaupun tidak hafal lagunya, liburan pakai paylater, atau membeli barang-barang yang sebenarnya tidak paham cara pakainya.
Semoga negeri ini nggak seperti itu ah...amit-amit jabang baby lah...***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H