Bagi para pelaku Usaha Mikro Kecil menengah (UMKM) istilah Business Model Canvas (BMC) mungkin belum terlalu akrab di telinganya.
Apa yang selama ini dilakukan oleh para UMKM kebanyakan masih belum mengarah kepada sebuah konsep bisnis, apalagi memahami apa itu Business Model Canvas.
Sesuatu yang harusnya bisa menjadi ladang cuan dan bisnis besar dikemudian hari hanya dibiarkan mengalir saja karena ketidaktahuannya.
Hal itu saya rasakan bukan hanya karena saya termasuk sebagai pelaku UMKM, melainkan juga ketika menjumpai para UMKM saat bertugas sebagai probono coach di Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan di tahun 2017-2019.
Namun sejak menerima pengetahuan dan menimba ilmunya selama sepekan di Pusat Pendidikan dan Latihan Perdagangan dari Kementerian Perdagangan pada Oktober 2017, saya sadari bahwa membuat perencanaan dan model bisnis sangatlah penting.
Berdagang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mungkin cukup, namun jika itu menjadi sebuah bisnis besar, bukankah dapat memberi manfaat yang lebih besar lagi?
Lantas apa BMC itu dan mengapa pelaku UMKM harus membuatnya?
Mengutip dari penjelasan Arry Rahmawan Destyanto di website-nya, Â business model, atau model bisnis secara sederhana dapat diartikan sebagai proses bagaimana perusahaan menciptakan value dan mendapatkan keuntungan darinya yang diciptakan secara berkelanjutan.
BMC pertama kali diperkenalkan oleh Alexander Osterwalder, yang dipopulerkan melalui bukunya yang berjudul Business Model Generation.Â
BMC dikembangkan untuk membantu organisasi bisnis dan pengusaha pemula agar dapat memetakan dan melakukan analisa terhadap model bisnis mereka.
Secara umum, BMC dikembangkan dengan mempertimbangkan 9 blok utama yang harus diperhatikan dalam memetakan model bisnis.Â
Kesembilan blok utama ini, semua terangkum dalam satu  halaman sehingga kemudian disebut sebagai kanvas.Â
Inilah yang juga membuat BMC unggul karena dengan kesederhanaannya yang hanya terdiri dari 1 halaman, ternyata sangat kuat untuk memberikan pemahaman tentang model bisnis secara utuh.
Kesembilan blok yang ada di BMC tergabung dalam 1 kanvas, yang mewakili kunci utama pendorong keberhasilan suatu bisnis,
- Customer Segments : Siapa konsumen Anda? Seperti apa deskripsi orang yang ingin masalahnya Anda pecahkan? Bagaimana karakteristik mereka? Apa yang mereka pikirkan? Rasakan? Lakukan?
- Value Proposition : Solusi apa yang Anda tawarkan ke konsumen Anda? Apa yang menarik dari solusi Anda? Apa yang membuat konsumen mau memilih, membeli, dan menggunakan value Anda?
- Channels : Bagaimana cara agar value / solusi masalah Anda bisa sampai ke tangan konsumen?
- Customer Relationship : Bagaimana cara Anda berinteraksi untuk menjaga loyalitas konsumen?
- Revenue Streams : Bagaimana cara bisnis menghasilkan uang dari value yang ditawarkan?
- Key Activities : Apakah aktivitas kunci atau strategi kompetitif yang dilakukan bisnis untuk menciptakan value proposition nya?
- Key Resources : Apa saja sumber daya yang harus dimiliki perusahaan agar dapat kompetitif dalam menciptakan value?
- Key Partnership : Siapa partner yang mendukung organisasi agar selalu kompetitif?
- Cost Structure : Apa saja faktor-faktor yang membentuk biaya yang harus dikeluarkan?
Sederhananya, BMC terdiri dari 3 bagian utama. Bagian tersebut adalah offering (penawaran), customer (pelanggan), dan infrastructure (infrastruktur/fasilitas dasar).
BMC menjadi populer tidak hanya di perusahaan besar yang mapan, namun juga populer di kalangan entrepreneur dan juga intrapreneur dalam memetakan, menganalisis, validasi, dan melakukan inovasi di model bisnis yang telah ada. Secara mendasar, sebagai praktisi, saya menemukan ada 3 manfaat utama dari BMC.
- FOKUS : Satu hal yang paling dapat dirasakan dengan membuat Business Model Canvas ini adalah mampu menajamkan fokus dan membuat kejelasan mengenai model bisnis yang diajukan, ketimbang membuat rencana bisnis yang tebalnya berhalaman -- halaman.
- FLEKSIBEL : BMC sangat bermanfaat karena mudah untuk dimodifikasi dengan tetap memberi pandangan secara menyeluruh terhadap model bisnis
- TRANSPARANSI : BMC seringkali digunakan untuk mengomunikasikan visi dan model bisnis kepada tim, dan dengan BMC tim menjadi lebih mudah mengerti apa model bisnis di organisasi.
Sudah selayaknya para UMKM untuk belajar dan mendalami Business Model Canvas ini agar usahanya mampu menjadi sebuah bisnis yang berkembang menjadi lebih besar.***
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H