Zaman berubah begitu cepat dan kemampuan beradaptasi menjadi hal mutlak jika ingin meraih kesuksesan.Â
Beradaptasi bukan hanya dengan gaya hidup, tapi juga dengan banyak hal yang perubahannya hanya bikin melongo, terutama bagi generasi yang lahir di tahun 1950 hingga 1980-an.
Hal yang paling terasa adalah ketika terjadi pergeseran nilai kehidupan dari  "analog" menjadi serba digital.  Hampir segala hal yang ada di dunia ini mendadak serba digital dan kemampuan kita untuk "melek" digital pun harus disesuaikan, terutama kemampuan kita dalam menulis.
Lho, apa hubungannya dengan kemampuan menulis?
Begini, di era digital, segala sesuatunya menggunakan proses penulisan. Lihatlah di media sosial, blog, atau platform digital lainnya.
Mulai dari yang sekadar untuk narsis, hingga proses penjualan produk dagangan, semua menggunakan tulisan. Meski katanya kita memiliki budaya baca yang buruk, tapi faktanya gambar saja tidak cukup, caption atau keterangan tertulis untuk menjelaskan maksud kita sangat mutlak diperlukan.
Maka kemampuan digital marketing menjadi hal mutlak bagi mereka yang ingin berwirausaha, apalagi tren belanja secara daring begitu meningkat pasca Pandemi Covid-19.
Dengan kondisi demikian, profesi yang menyangkut kreativitas dan segala hal terkait dengan digitalisasi kian tumbuh bak jamur di musim penghujan.
Begitupun dengan profesi penulis, sesuatu yang di era lampau menjadi sebuah profesi "idealis", bahkan tidak dianggap sebagai sebuah profesi, kini kenyataannya begitu banyak dibutuhkan.
Tak heran jika pemahaman orang tentang writerpreneurship pun perlu ditingkatkan serta diasah, selain dari sisi akademisnya yang kian banyak mengupas tentang pelajaran menulis, juga dari sisi lain yang lebih sederhana dan praktis sesuai kebutuhan di bidang kehidupannya.
Lantas, apakah Writerpreneur itu?