Mohon tunggu...
Dimas Handoyo Putro
Dimas Handoyo Putro Mohon Tunggu... Bankir - Mahasiwa Pascasarjana Ekonomi dan Keuangan Syariah Universitas Indonesia

Pemerhati Perbankan dan Keuangan Syariah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Opini: Mencari Jalan Damai di Tengah Konflik Israel-Palestina yang Tak Kunjung Usai

29 Oktober 2024   12:25 Diperbarui: 29 Oktober 2024   16:36 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh : Dimas Handoyo Putro

Mahasiswa Pascasarjana Ekonomi dan Keuangan Syariah Universitas Indonesia

Konflik Israel-Palestina, yang berlangsung selama puluhan tahun, terus menjadi titik api di Timur Tengah. Setiap kali kekerasan meletus, dunia kembali disadarkan pada kompleksitas konflik ini---dari persoalan historis, agama, politik, hingga kemanusiaan. Namun, hingga hari ini, belum ada resolusi yang nyata dan berkelanjutan.

Akar Konflik yang Dalam

Konflik Israel-Palestina tidak dapat dipahami hanya sebagai perselisihan antara dua kelompok yang berbeda secara etnis dan agama. Akar dari perseteruan ini merentang jauh ke masa kolonialisme, migrasi Yahudi ke Palestina, dan pembentukan negara Israel pada 1948 yang mengakibatkan pengusiran besar-besaran warga Palestina dari tanah mereka. Sejak itu, persaingan klaim atas tanah, hak untuk hidup secara damai, dan hak untuk menentukan nasib sendiri menjadi isu sentral.

Persoalan ini diperumit oleh berbagai kepentingan internasional yang mendukung salah satu pihak atau memiliki agenda politik tersendiri. Blok Barat sering kali mendukung Israel secara politik dan militer, sementara negara-negara Muslim dan Arab mendukung perjuangan Palestina. Ini bukan hanya konflik antara Israel dan Palestina, tetapi juga perang proksi antara kekuatan global.

Dimensi Kemanusiaan yang Menyayat

Setiap kali konflik pecah, korban terbesar adalah warga sipil. Mereka yang tinggal di Gaza, Tepi Barat, dan Israel harus menghadapi ketakutan akan serangan udara, bom, dan kekerasan militer. Anak-anak yang seharusnya tumbuh dalam kedamaian malah terjebak dalam siklus kekerasan tanpa akhir. Di Gaza, blokade yang diberlakukan oleh Israel menyebabkan krisis kemanusiaan yang kronis, dari kurangnya pasokan makanan, air bersih, hingga perawatan kesehatan.

Hak asasi manusia dilanggar secara luas, baik di pihak Israel maupun Palestina. Banyak organisasi internasional, termasuk PBB, telah berulang kali mengeluarkan resolusi yang menyerukan diakhirinya kekerasan, namun, solusi politik yang langgeng tetap sulit dicapai.

Upaya Perdamaian yang Sulit

Berbagai upaya perdamaian telah dilakukan, mulai dari Perjanjian Oslo pada 1993, yang menjanjikan solusi dua negara, hingga mediasi terbaru yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan negara-negara Arab. Namun, upaya-upaya ini selalu menemui jalan buntu. Penyebab utamanya adalah kurangnya kepercayaan antara kedua belah pihak, kepentingan politik yang tumpang tindih, dan tantangan di lapangan yang semakin kompleks, seperti pemukiman ilegal di Tepi Barat yang terus dibangun oleh Israel.

Di pihak Palestina, faksi-faksi internal seperti Hamas dan Fatah juga sering kali berselisih, sehingga melemahkan posisi tawar mereka di meja perundingan. Di pihak Israel, perdebatan internal mengenai keamanan dan masa depan negara Yahudi juga mempersulit proses perdamaian.

Harapan untuk Masa Depan

Di tengah ketidakpastian dan kekerasan yang terus berlanjut, masih ada harapan untuk perdamaian. Ini memerlukan komitmen tidak hanya dari para pemimpin Israel dan Palestina, tetapi juga dari komunitas internasional yang harus memainkan peran yang lebih seimbang dan adil.

Dialog yang berlandaskan pada penghormatan terhadap hak asasi manusia, pengakuan atas penderitaan di kedua belah pihak, dan keinginan kuat untuk mencapai perdamaian harus menjadi fondasi setiap proses perdamaian yang baru. Dunia tidak boleh lagi berpaling dari tragedi kemanusiaan yang sedang berlangsung ini. Mencari solusi yang adil dan berkelanjutan adalah satu-satunya cara untuk mengakhiri penderitaan ribuan warga yang hidup di bawah bayang-bayang konflik.

Penutup

Konflik Israel-Palestina bukan hanya cerita tentang perang yang tidak berkesudahan, tetapi juga tentang ketidakadilan yang dialami oleh rakyat yang ingin hidup dalam damai. Saat dunia memperhatikan, pertanyaannya tetap: berapa lama lagi kita akan membiarkan kekerasan ini berlangsung? Saatnya semua pihak, baik di Timur Tengah maupun di seluruh dunia, untuk bersama-sama mencari jalan keluar yang damai dan adil. Solusi yang tidak hanya mengakhiri konflik, tetapi juga memberi harapan untuk masa depan yang lebih baik bagi semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun