Sebuah petisi di Change.org oleh gamer Jepang meminta untuk membatalkan Assassin's Creed Shadows. Tidak mengherankan entri mainline franchise AC berlatar di Jepang feudal itu tersandung kontroversi karena menampilkan Yasuke, sosok samurai bersejarah berkulit hitam, sebagai satu dari dua tokoh utama.
Penggemar telah menantikan Jepang sebagai latar sebuah game Assassin's Creed selama bertahun-tahun. Penantian ini sudah berakhir dengan pengumuman Codename Red saat Ubisoft Forward 2022. Ketika konsep cerita mulai terungkap saat perubahan nama dari Red menjadi Shadows, tanggapan negatif dari penggemar bermunculan.
Petisi Meminta Assassin's Creed Shadows Batal Muncul di Change.org!
Kini, sebuah petisi muncul di Change.org agar meminta Ubisoft membatalkan Shadows. Petisi tersebut dibuat oleh Shimizu Toru, gamer asal Jepang. Menurut terjemahan dari Insider Gaming, ia mengutarakan alasan membuat petisi ini karena game tersebut merupakan bentuk penghinaan sejarah dan budaya negaranya.
"Akhir-akhir ini, kurangnya akurasi sejarah dan penghormatan budaya sudah menjadi masalah serius untuk game Assassin's Creed Shadows oleh Ubisoft. Game-nya berdasarkan samurai Jepang dan mengabaikan bahwa samurai merupakan kasta tertinggi dari kelas ksatria dan seharusnya menjadi pelayan bangsawan."
Ia menekankan Ubisoft sama sekali tidak paham bagaimana peran samurai yang seharusnya dan kemungkinan terkait dengan rasisme terhadap orang Asia.
Petisi tersebut sebenarnya dibuat pada 19 Juni lalu. Saat artikel ini ditulis, tercatat sudah sebanyak 33 ribu tanda tangan terkumpul. Banyak dari mereka sependapat dengan opini para gamer Jepang terhadap keputusan Ubisoft dalam memaksakan budaya keberagaman dalam entri terbaru Assassin's Creed itu.
Mayoritas Trailer di Channel Ubisoft Memiliki Dislike Banyak
Jika menggunakan alat Dislike Viewer, bisa terlihat mayoritas trailer dan cuplikan Assassin's Creed Shadows di channel YouTube resmi Ubisoft memiliki dislike lebih banyak, Misalnya, untuk World Premiere Trailer, tercatat rasio dislike ketimbang like mencapai 72 persen.