Ironisnya, Ubisoft kerap menunda perilisan game ini. Pertama, mereka menundanya hingga tahun 2019. Kedua, game action-adventure itu tertunda kembali hingga Maret 2020. Â Totalnya, game ini mengalami penundaan enam kali sebelum Ubisoft mengumumkan jadwal rilis pada 16 Februari 2024.
Kabar penundaan ini kerap mengecewakan penggemar. Dipercaya bahwa visi baru dan kebutuhan akan waktu pengembangan lebih lama pun menjadi lasan di balik serangkaian penundaan tersebut. Belum lagi tim pengembangan harus kehilangan setidaknya tiga direktur kreatif. Meski begitu, pihak publisher tetap berjanji mereka akan menyajikan Skull and Bones sebagai pengalaman bajak laut yang imersif. Â
4. Jadi Game Pertama AAA Ubisoft Singapore
Skull and Bones sekaligus menjadi judul game pertama yang dikembangkan oleh Ubisoft Singapore. Cabang studio lain seperti Ubisoft Berlin pun membantu Ubisoft Singapore dalam mengembangkan game ini.
Bahkan, Channel News Asia menyebutkan bahwa Skull and Bones menjadi game AAA pertama dari studio cabang Singapura itu. Dipercaya pula bahwa jumlah anggaran yang dihabiskan untuk memproduksi game open-world ini sebesar US$200 juta. Tentu saja, Ubisoft Singapore memiliki ambisi besar untuk menjadikan game besutannya ini menarik perhatian sebagai game utuh dengan grafis memukau dan mekanik inovatif.
5. Berlatar pada Era Keemasan Bajak Laut
Skull and Bones memiliki latar di wilayah Afrika Timur dan Asia Tenggara saat akhir abad ke-17, yakni puncak Golden Age of Piracy atau era keemasan bajak laut. Pemain akan menghadapi petualangan mengarungi samudera, pulau-pulau eksotis, dan kota perdagangan yang sibuk.
Single-player campaign-nya mengajak pemain mengarungi Samudera Hindia. Pemain akan berperan sebagai bajak laut yang memulai dari awal tanpa barang apapun dengan ambisi menjadi raja bajak laut. Mulai dari merekrut kru, membeli dan mempertahankan kapal, mengamati cuaca, hingga bertarung melawan bajak laut lain.