Mohon tunggu...
Dimas Fradinata
Dimas Fradinata Mohon Tunggu... -

PknH UNY

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Negaraku di Dalam Lagu

31 Mei 2012   08:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:34 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendengarkan musik-musik dari aliran punk, dapat dibilang sebagai rutinitas saya sehari-hari. Music punk sendiri merupakan musik yang beraliran keras, cepat, menghentak dan seakan bisa menjadi penyulut semangat bagi para penikmatnya. Menurut sejarah yang saya baca, punk sendiri berawal atau muncul pertama kali di London, Inggris dan merupakan sub kebudayaan yang lahir di London. Punk dapat juga dikatakan sebagaisymbol kebebasan bagi sebagian orang.

Di Indonesia, ada salah satu musisi punk yang saya suka yaitu Marjinal. Pada salah satu lagunya yang berjudul Negara dunia ketiga ada penggalan lirik yang benar-benar menggambarkan kondisi Negara ini.

Kaya memang kaya negeri ini

Semuanya ada disini

Tapi telah dikuasai pencuri

Kayu bisa jadi tanaman

Kolamnya kolam susu

Tapi itu mah tempo dulu

Mungkin benar penggalan lirik tersebut menggambarkan kondisi Negara kita saat ini. Negara kita merupakan Negara dengan sumber daya alam yang melimpah. Namun, kita sebagai rakyat seolah tidak dapat merasakan atau bahkan menikmati kekayaan yang kita miliki. Keindahan alam, melimpahnya sumber daya dan keramahan orang seolah telah hilang dari negeri ini.

Keindahan alam yang ada di negeri ini hampir dapat dikatakan tak ada yang menandingi. Banyak gunung yang menjulang tinggi, hutan yang lebat, pantai-pantai yang indah dan kejernihan air sungai yang membentang di sepanjang negeri. Gambaran itu mungkin yang akan kita banggakan kepada generasi penerus kita nanti, agar mereka seakan tetap bisa semangat menikmati hidup di negeri kita ini. Namun, faktanya yang ada di Indonesia bukanlah gambaran yang akan kita banggakan itu.

Hutan-hutan yang lebat kini telah gundul, pantai-pantai masih banyak yang terbengkalai meskipun memiliki potensi, sungai-sungai hampir keseluruhan sudah terkontaminasi dengan limbah pabrik yang tentunya membahayakan makhluk hidup. Demikian juga dengan sumber daya alam yang ada di Negara kita ini. Sungguh miris ketika melihat kekayaan sumber daya yang kita miliki justru dikuasai oleh Negara luar. Bukankah kita Negara yang cerdas?? Tapi masih dapat dibodohi dengan lembaran uang yang diberikan pihak luar kepada kita. Bayangkan andai kekayaan yang kita miliki dapat kita kuasai sendiri, maka kesejahteraan rakyat yang menjadi cita-cita bangsa akan terwujud dengan begitu mudahnya.

Keramahan orang Indonesia juga semakin menghilang. Bangsa kita yang terkenal dengan keramahannya, kini tidak terjadi dalam kehidupan nyata. Maraknya korupsi, perkelahian antar kelompok, perusakan tempat ibadah merupakan fakta yang ada dalam kehidupan kita saat ini dan itu merupakan gambaran hilangnya keramahan bangsa kita untuk saat ini. Korupsi adalah sebuah kejahatan yang sangat menyakiti hati banyak orang di negeri ini. Dimana, para koruptor tersebut merupakan wakil rakyat yang dipilih oleh rakyat sendiri. Leluhur bangsa Indonesia tak pernah mengajarkan kita untuk menyakiti sesamanya. Namun, sebagai penerus generasi, para koruptor justru dengan sesuka hati mengkorupsi uang rakyat dan tentunya sangat menyakiti hati rakyat.

Demikian juga dengan seringnya perkelahian antar kelompok, perusakan tempat ibadah yang mengatasnamakan suku, agama, ras dll. Keberagaman kita justru menjadi sebuah masalah bagi sebagian kelompok yang merasa kelompoknya paling benar. Padahal semboyan Negara kita adalah Bhinneka tunggal ika, yang seharusnya dapat menjadi sebuah penyulut semangat kedamaian di dalam keberagaman kita ini. Marilah sebagai generasi penerus bangsa, jangan sampai kita terjerembab dalam lingkaran setan, yang akan membuat Negara kita semakin sakit. Lakukanlah kegiatan yang positif dan tetap dengarkan musik-musik yang menyemangati hidupmu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun