Semarang yang semakin modern dan padat, terdapat sebuah tempat yang menyimpan sejarah panjang dan menjadi saksi bisu peristiwa-peristiwa masa lalu. Tempat itu adalah Makam Sukolilo Pleburan, yang terletak di kawasan Pleburan, Kecamatan Semarang Selatan.
Di tengah keramaian kotaMakam ini memiliki nilai historis yang tak ternilai bagi masyarakat setempat, meski keberadaannya kian terhimpit oleh pembangunan kota yang pesat. Makam Sukolilo bukan sekedar tempat peristirahatan terakhir bagi para leluhur, namun juga menyimpan banyak cerita tentang perjuangan, spiritualitas, dan perubahan zaman yang telah dilalui oleh kota Semarang.
Nama Sukolilo dari bahasa Jawa,Suko artinya senang dan Lilo artinya ikhlas.
Sejarah Singkat Makam Sukolilo
Makam Sukolilo didirikan pada masa kolonial Belanda dan telah berfungsi sebagai pemakaman umum sejak abad ke-18.Dulu nya Makam Sukolilo juga bekas Kerajaan Mataram Kuno Dan Candi Hindu-Buddha, kawasan ini awalnya merupakan daerah yang sepi, namun lambat laun mulai berkembang seiring dengan pertumbuhan kota Semarang sebagai salah satu pusat perdagangan di pesisir utara Jawa.
Tokoh Utama Makam Sukolilo ialah Mbah Sukolilo, yakni tokoh penyebar Islam sekaligus murid Sunan Kalijaga, ia juga menyimpan peninggalan sejarah era Hindu-Buddha.Beliau terkenal baik dan rajin beribadah.
Banyak tokoh masyarakat, pejabat lokal, serta keluarga-keluarga bangsawan yang dimakamkan di sini. Tak sedikit pula makam tua dengan nisan-nisan berbahasa Belanda dan Jawa kuno yang masih terjaga hingga kini, meskipun beberapa di antaranya mulai termakan usia dan kurang mendapatkan perhatian yang semestinya.
Peninggalan Budaya dan Nilai Spiritual
Makam Sukolilo tak hanya menjadi tempat peristirahatan fisik, namun juga memiliki nilai budaya yang tinggi. Di sini, masyarakat setempat sering mengadakan ritual keagamaan, seperti ziarah kubur dan tahlilan, terutama menjelang bulan Ramadhan atau hari-hari besar Islam seperti ruwahan atau bertukar makanan dan lainnya. Aktivitas tersebut dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada para leluhur sekaligus untuk mempererat hubungan spiritual antara yang hidup dan yang telah tiada.
Selain itu, makam ini juga menjadi pengingat akan pentingnya menjaga warisan sejarah yang ada di sekitar kita. Banyak masyarakat yang berziarah ke makam Sukolilo untuk mendoakan kerabat mereka, sekaligus mengenang perjalanan sejarah yang telah dilalui oleh para pendahulu.
Tertindih Pembangunan Kota
Sayangnya, seiring dengan perkembangan pesat Semarang sebagai kota metropolitan, keberadaan Makam Sukolilo kian terancam oleh pembangunan. Beberapa bagian makam telah tergusur oleh proyek infrastruktur dan pembangunan gedung-gedung komersial. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran bahwa makam ini bisa saja hilang sepenuhnya jika tidak ada upaya pelestarian yang serius dari pemerintah dan masyarakat.
Berbagai pihak telah mulai mengangkat suara agar Makam Sukolilo bisa dijadikan situs cagar budaya yang dilindungi. Sebagai salah satu bagian penting dari sejarah Semarang, tempat ini seharusnya dipertahankan dan dirawat dengan baik. Upaya pelestarian ini tidak hanya penting bagi generasi sekarang, tetapi juga untuk memberikan warisan berharga bagi generasi mendatang.
Harapan untuk Masa Depan
Makam Sukolilo Pleburan seharusnya menjadi salah satu destinasi wisata sejarah dan budaya di Semarang. Keberadaannya bisa menjadi pengingat bagi masyarakat kota tentang pentingnya menghormati sejarah dan merawat warisan nenek moyang. Upaya revitalisasi dan perlindungan terhadap situs bersejarah seperti ini akan menjadi langkah positif dalam menjaga identitas dan kearifan lokal di tengah gempuran modernisasi.
Masyarakat Semarang tentu berharap agar pemerintah setempat lebih peduli terhadap situs-situs bersejarah seperti Makam Sukolilo. Dengan perhatian yang serius, makam ini bisa tetap menjadi saksi bisu perjalanan sejarah kota Semarang dan menjadi ruang refleksi bagi siapa saja yang ingin mengenang masa lalu.
Demikianlah Makam Sukolilo, sebuah tempat yang seharusnya kita lestarikan, sebagai bentuk penghargaan terhadap sejarah yang ada di kota ini. Di balik batu-batu nisan tua dan rumput liar yang tumbuh, tersimpan kisah-kisah berharga yang menunggu untuk diceritakan kembali kepada generasi penerus.
Dimas Faeyza Asyraf Pratama(SMA Negeri 1 Semarang)
Tugas Sejarah Artikel Bu Vivin , Di Acc Bu saya pertama yg pakai kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H