Mohon tunggu...
Dimas Dharma Setiawan
Dimas Dharma Setiawan Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Penulis Artikel di Banten

Penulis adalah PK pada Bapas Kelas II Serang yang menerjunkan diri pada alam literasi. Senang menyikapi persoalan yang sedang hangat di masyarakat menjadi kumpulan argumentasi yang faktual , kritis dan solutif. Berusaha meyakinkan bahwa menulis sebagai hal yang menyenangkan. Setiap tulisan adalah do'a dan setiap do'a memuluskan tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Manfaat Pelatihan CM-LMT bagi Pembimbing Kemasyarakatan (Bagian-1)

5 Juli 2021   11:16 Diperbarui: 5 Juli 2021   11:46 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis Dimas Dharma Setiawan

Penulis bersama dengan 2 orang Pembimbing Kemasyarakatan (PK) Balai Pemasyarakatan (Bapas) Klas II Serang yakni Yusup Sulendra dan Sartono, mengikuti kegiatan pelatihan Conflict Management and Life Management Training (CMLMT). Perhelatan dilakukan dari tanggal 2,3 dan 4 Juni 2021 bertempat di hotel The 101 Suryakencana Kota Bogor. Bertindak sebagai penyelenggara adalah Direktorat Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak (Bimkemas & PA) pada Direktorat Jenderal (Ditjend) Pemasyarakatan. Adapun bertindak sebagai penyandang dana kegiatan adalah Search For Common Ground.

Peserta berasal perwakilan PK Ahli Madya, Ahli Muda dan Ahli Pratama dari Ditjend PAS dan Bapas yang ada di Jawa Barat dan Banten. Selain itu diikuti oleh peserta yang berasal dari Kementerian Luar Negeri. Bertindak sebagai fasilitator yaitu Tim dari Ditjend Pemasyarakatan dan Search For Common Ground. Pukul 15.30 WIB acara baru dimulai, fasilitator memberlakukan metode pembelajaran Andragogi yang bercirikan semua peserta diberikan kesempatan menjadi narasumber. Acara dibuka oleh Direktur Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak, Kepala Kantor Wilayah Kementeria Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) Jawa Barat dan Direktur Search For Common Ground.   

Foto Bersama Setelah Acara Pembukaan/dokpri
Foto Bersama Setelah Acara Pembukaan/dokpri

Melalui tulisan ini penulis mencoba berbagai pengalaman atas kegiatan yang pernah penulis ikuti tersebut, berikut beberapa materi yang telah diberikan :

A. Percaya Diri

Fasilator memberikan materi bertemakan percaya diri. Diterangkan bahwa tujuan pembelajaran tersebut adalah memberikan gambaran kepada peserta hal-hal positif apa saja yang meningkatkan kepercayaan diri. Setiap peserta dipersilahkan untuk mengukur tingkat kepercayaan dirinya sendiri dengan rentang angka dari 1-10. 

Nilai kepercayaan diri setiap peserta berbeda-beda berkisar antara 7,8 dan 9. Penulis sendiri memilih angka 9 alasannya bukan karena penulis berlebihan, melainkan sebagai seorang PK sejatinya modal utama dalam bekerja adalah percaya diri mengingat kita dituntut bisa tampil untuk memberikan pembimbingan kepada Klien Pemasyarakatan. Jika penampilan ragu-ragu maka nasihat/tindakan kita tidak dipercayai oleh mereka. 

Peserta yang memberikan nilai 7/8 terhadap dirinya sendiri menyampaikan bahwa rasa minder terkadang muncul secara tiba-tiba pada saat berhadapan dengan Klien.  Bekal pengetahuan sejatinya telah mereka kantongi namun tidak bisa diamalkan karena menurunnya rasa percaya diri.  Fasilitator menyimpulkan sikap dan perasaan yang telah disampaikan oleh  peserta menjadi sebuah nilai bahwa (1) kenali diri anda, (2) memperluas cakrawala, (3)  menguasai skill, (4) tumbuhkan kehendak dan lakukan, (5) canangkan sasaran anda dan (6) berkomitmen.

Dokpri
Dokpri
B. Membangun Kepercayaan

Dalam buku modul disebutkan bahwa rasa percaya diri merupakan hal penting dalam konflik dan resolusi konflik khususnya didalam Lembaga Pemasyarakatan. Manusia terkadang lupa betapa sulitnya membangun rasa percaya diri dan betapa cepatnya kehilangan rasa percaya. Komunikasi yang jelas, terbuka dan empati adalah kunci yang membantu membangun dan mempertahankan rasa percaya. Selanjutnya didalam konflik orang membutuhkan keterampilan untuk menciptakan pilihan ketika dihadapkan dengan keterpaksaan. 

Pada sesi latihan, penulis menuntun seorang teman yang matanya tertutup dengan sehelai kain gelap. Penulis memberikan aba-aba agar teman maju jalan, belok kiri-kanan, serong atau mundur . Teman mengikuti perkataan penulis mengelilingi ruangan  tanpa terhambat halangan. Permainan dilanjutkan, giliran penulis yang matanya di tutup. Penulis mengikuti aba-aba yang yang diucapkan oleh teman, penulis mengelilingi ruangan  tanpa terhambat halangan.

Fasilitator menerangkan kegiatan tersebut dimaksudkan bahwa rasa percaya diri adalah isu fundamental ketika kita sedang mencoba membantu orang lain di dalam konflik. Tugas kita adalah selalu membangun rasa percaya. Rasa percaya sangat sulit dikembangkan dan sangat mudah untuk di rusak.  Tanpa rasa percaya solusi terbaik sekalipun tidak akan terwujud.  Seperti ketika berada dalam konflik kita perlu berkomunikasi dengan simple dan jelas. Kita perlu meyakinkan bahwa orang lain pun memahami kita. Orang yang sedang dipimpin pun perlu juga berkomunikasi dengan pertanyaan dan konsepnya.  
 

Penulis cukup sependapat dengan narasi tersebut mengingat pada saat PK akan mengawali pelayanan terhadap Klien seyogyanya PK mengenalkan diri terlebih dahulu lalu menjelaskan maksud dan tujuannya. Komunikasi ini bertujuan agar klien memahami manfaat dari tindakan yang akan dilakukan oleh PK kepada dirinya. Jika klien sudah memahami ada manfaat bagi dirinya maka klien akan memberikan kepercayaan kepada PK.

C.  Mendengar Aktif

Kegiatan ini diawali dengan sesi diskusi, penulis menyampaikan bahwa pada saat berhadapan dengan klien penulis lebih sering memilih menyimak dan mendengar informasi yang klien sampaikan, tujuannya ingin memberikan ruang kepada klien untuk mencurahkan isi hatinya. 

Selain itu juga ingin mendapatkan data-data apa yang sudah klien rasakan, hadapi dan harapkan pada masa yang akan datang.  

Penggalian data tidak harus bersifat formal dimana PK bersikap agresif menekan klien agar mau memberikan informasi, melainkan bersifat mengalir saja.

Pada sesi latihan penulis berusaha mendengarkan aktif informasi yang disampaikan oleh seorang teman. Ia bercerita tentang anaknya yang sedang mengerjakan tugas skripsi, ia memberikan dukungan terhadap anaknya. 

Sesekali penulis menimpali pembicaraan untuk menunjukan pengharagaan terhadap lawan bicara. Pola latihan dirubah dimana pendengar menjadi pendengar saja tidak diperkenankan untuk menimpali secara lisan. Menulis menyimpulkan makna latihan ini bahwa  wawancara bersifat dinamis adakalanya kita aktif atau pasif tergantung situasi dan kondisi kepribadian Klien.

Fasilitator menyampaikan bahwa sikap mendengar yang baik berupa memfokuskan pikiran anda kepada isi keluhan, emosi dan kebutuhan pembicara. Tujuan mem-parafrase adalah mengulang kembali apa yang diceritakan oleh pembicara dalam kata-kata anda sendiri, sehingga pembicara dapat menginformasi apakah anda telah mengerti yang ia maksudkan atau tidak.  

Tujuan menanyakan kepada pembicara adalah menanyakan pertanyaan sehingga membuat si pembicara untuk tetap menceritakan lebih dalam atau untuk mengklarifikasi point-point yang belum mengerti. 

Adapun tujuan menyimpulkan wawancara adalah menunjukan sikap tanpa menyela, sesekali menyimpulkan secara singkat apa yang telah disampaikan oleh pembicara agar dirinya merasa didengarkan dan anda dapat mengambil point-point penting mengenai isi pembicaraan.  

Fasilitator menambahkan bahwa seorang pengengar aktif biasanya (1) Duduk tenang, rileks tapi tetap penuh perhatian dan respek terhadap pembicara, (2) Fokus mendengar pembicaraan, (3) Tidak memikirkan tentang apa yang hendak ia katakan selanjutnya, (4) tidak menyela, (5) Tidak menghakimi memberikan saran maupun opini, (6) Peka terhadap emosi yang ditunjukan pembicara, (7) Bisa menyatakan kembali kepada pembicara mengenai apa yang dipikirkan dirasakan oleh pembicara, (8) Menunjukan respek terhadap  apapun yang dibicarakan oleh pembicara, (9) Berempati mengenai emosi yang ditunjukan oleh pembicara dan (10) Mampu menangkap hal-hal penting mengenai subtansi pembicaraan. 


D. Berbicara Efektif
Fasilitator memulai acara ini dengan memberikan gambaran tentang bagaimana berbicara efektif yang meliputi kemampuan menyampaikan pesan maksud dan tujuan dengan sistematis, jelas, padat, lugas dan mudah dipahami kepada pihak yang menjadi lawan biara. Para peserta urung pendapat bahwa berbicara efektif diantaranya adalah (1) memiliki tujuan dan manfaat, (2) tegas dan jelas, (3) verbal, (4) non verbal (5) berbicara aktif dan lain sebagainya.

Pada sesi latihan penulis duduk berlawan dengan seorang teman. Penulis memegang secarik kertas dan sebuah spidol kecil, lalu teman menyampaikan secara lisan tiga bidang gambar. 

Penulis yang tidak melihat gambar hanya bisa membayangkan bentuk gambar lalu mengguratkannya pada kertas yang tersedia.  Penulis dan teman menyamakan gambar dan hasilnya bentuk gambar cukup berbeda. 

Penulis menyimpulkan sesi ini maknanya kita sebagai PK patut fokus seraya menggambarkan secara nyata terkait informasi yang disampaikan oleh Klien.  

Ada kemungkinan klien menyampaikan informasi yang tidak jelas atau bohong dengan demikian PK harus cermat menyimpulkan apa yang sudah klien sampaikan.

Selanjutnya perwakilan peserta secara sukarela membacakan teks yang cukup panjang berisi  sebuah berita tentang ledakan gudang kembang api  yang terjadi tadi malam di Somarende. Pembacaan teks harus didasari dengan olah vokal yang baik, jelas, tegas, rasa percaya diri dan sikap yang sopan. Kemudian fasilitator menambahkan perlunya kemampuan visual guna mengasah kemampuan visual menjadi pemberi pesan yang baik. 

Lalu ada tips yaitu penyampaian informasi perlu dilakukan dengan bantuan anggota tubuh seperti menggerakan tangan, menggunakan mimik wajah dan lain sebagainya.

Artikel ini bersambung.... 

    

    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun