Mohon tunggu...
Dimas Dharma Setiawan
Dimas Dharma Setiawan Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Penulis Artikel di Banten

Penulis adalah PK pada Bapas Kelas II Serang yang menerjunkan diri pada alam literasi. Senang menyikapi persoalan yang sedang hangat di masyarakat menjadi kumpulan argumentasi yang faktual , kritis dan solutif. Berusaha meyakinkan bahwa menulis sebagai hal yang menyenangkan. Setiap tulisan adalah do'a dan setiap do'a memuluskan tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Tentram yang Dirindukan

7 Oktober 2020   11:38 Diperbarui: 7 Oktober 2020   11:48 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku tidak sampai bertanya pada kakek dan nenek

Bagaimana Indonesia kala itu

Aku hanya menelisik akal-akal yang tersurat

Juga mengikuti suara-suara peradaban

Kisahnya kala itu masa keterbatasan

Televisi cuma ada di Balai Desa

Radio baterai menyala di beberapa rumah warga

Lampu teplok menyinari bocah mengaji

Petani pergi meladang di kesejukan pagi

Kicauan burung menemani langkahnya

Sawah terhampar luas dengan padi yang menguning

Beras pulen terasa nikmat walau ditaburi secuil garam

Bocah kecil riang gembira

Melompat-lompat di garis engklek

Hujan rintik menambah kebahagian mereka

Dua remaja menggembala kerbau

Sambil meniup seruling yang baru saja dibuatnya

Sekumpulan gadis mandi di kali

Air yang bening jernih sekali

Ibu menyulam kain sambil bersenandung

Duduk selonjor di atas dipan bambu

Bapak berseloroh dengan warga

Sambil menikmati kopi hangat tumbukan sendiri

Tentram..tentram..tentram

Ketentraman adalah kemuliaan

Keterbatasan sebagai kenikmatan

Keindahan memberikan kebahagian

Kerukunan bukan hanya di lisan

Perbedaan bukan hukuman

Omongan bukan pengkhianatan

Tentram kini harus tentram.

Pandeglang, 07 Oktober 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun