Self-Control
Yang kedua ini juga menarik, kontrol diri. Hal ini berkaitan dengan bagaimana anak mengatur emosi dan kognisinya secara tepat untuk menghasilkan hasil yang optimal.Â
Orang yang self-control-nya tinggi biasanya dia punya determinasi yang tinggi, tidak mudah terpengaruh dengan lingkungan, karena dia lihai dalam memilih mana yang merupakan ambisi sesaat (immediate temptation) dan mana yang menguntungkan secara jangka panjang (long term goals). Gampangnya, orang yang self-control-nya tinggi, tidak mudah membeli barang diskonan, buy 1 get 1, atau sejenisnya, selama itu bukan sesuatu yang dia butuhkan.Â
Orang dengan self-control tinggi ga gampang bokek, karena dia paham yang membuat dia bokek adalah kesenangan sesaat (immediate temptation).Â
Self-control tinggi juga menjadi bekal kuat orang ketika diet untuk kesehatan. Dan dalam konteks pendidikan, self-control ini juga menjadi prediktor keberhasilan dalam perkuliahan. Lalu bagaimana menumbuhkan self-control anak sedari dini?
Hal simpel dan mudah yang bisa dilakukan adalah dengan mulai menerapkan aturan. Walaupun anak belum terlalu ngerti apa itu aturan dan kadang ketika diajak nego di awal bilang A di akhir bilang B terus end up dengan tantrum (yaaaa namanya juga bocah) kebiasaan menerapkan aturan membiasakan anak tahu akan konsekuensi tindakan yang ia ambil.Â
Dia akan mulai belajar bahwa tidak semua hal bisa dia diperoleh, atau at least tidak dengan mudah, tentunya bisa diterapkan dengan syarat-syarat tertentu. Ketika ke mall, nunjuk ke arah mainan, kita bisa bilang di rumah masih banyak mainan yang belum disentuh; ketika minta sepatu kita bisa bilang sepatu yang sekarang masih bagus, dan lain sebagainya.Â
Sesimpel itu, tapi pelan-pelan anak belajar ada hal lain yang bisa digunakan saat ini (long term goal) ketimbang memuaskan diri dengan barang baru yang belum ia lihat sebelumnya (immediate temptation). Kemampuan ini menjadi fondasi awal kemampuan kognitif anak di usia mendatang (misal: goal setting, time management, dll).Â
Memberikan kesempatan anak untuk terlibat dalam berbagai kegiatan rutin juga membantu mengembangkan self-control-nya. Contoh adalah ikut kegiatan bela diri. Mengapa demikian? Keutamaan dalam kegiatan seperti ini adalah membiasakan anak untuk hadir rutin dalam serangkaian latihan, untuk mencapai tujuan akhir mendapatkan sabuk/tingkat tertentu. Dengan kata lain, melatih anak untuk mencapai long term goal.
Attention dan self-control, kedua hal ini menjadi bekal penting anak dalam menghadapi uncertainty dalam hidup -- secara insting, individu akan reaktif dan emosional ketika dihadapkan oleh uncertainty.Â
Menumbuhkan kedua hal ini mampu memfasilitasi mereka untuk menghadapi tantangan hidup sehari-hari secara efektif dan efisien dengan menggabungkan aspek emosi dan kognisi secara lebih optimal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H