Mohon tunggu...
Dimas Budi Prasetyo
Dimas Budi Prasetyo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan konsultan

Praktisi di bidang marketing research dan dosen psikologi. https://dimasbepe.wordpress.com/who-am-i/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama FEATURED

Priming Effect dan Hari Pendidikan Nasional

2 Mei 2019   11:39 Diperbarui: 2 Mei 2021   07:44 1164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Murid SDN Kemiri Muka 02, Beji, Depok, mengerjakan soal Bahasa Indoensia pada hari pertama ujian nasional di sekolah mereka, Senin (6/5/2013). Pelaksanaan ujian nasional di sekolah ini lancar yang diikuti 19 siswa (Sumber: nasional.kompas.com)

Saya juga melihat fenomena iliterasi ini terjadi bahkan di kalangan emerging class and above walaupun mereka bertitel sarjana sekali pun. 

Bukan berarti mereka tidak bisa membaca dan menulis, iliterasi dalam konteks ini adalah fenomena di mana kita cenderung menggali pengetahuan (intelligence-gathering) dari sumber yang kurang proper.

Misal akun sosial media (sekali pun itu akun official), expert judgement, atau yang lebih parah, peer group yang membuat iklim hoax mewabah hebat. Padahal dalam ilmu komunikasi, kita sama-sama tahu bahwa informasi akan terus dimodifikasi setiap kali ia berpindah dari satu orang ke orang lain. 

Penelitian akademis sebagai jendela terhadap munculnya ilmu pengetahuan baru sudah banyak dilakukan dan tersedia dalam jurnal baik berbahasa Indonesia dan Inggris, dengan pengarang orang Indonesia, tersedia gratis (walaupun ada yang berbayar) di google scholar.

Namun, masih sedikit dari kita yang tertarik dan menyempatkan diri untuk menginvestasikan waktu kita untuk membaca dan menelaah pengetahuan tersebut, bahkan ketika ilmu tersebut dikemas dalam buku ilmiah populer sekalipun.

Yang ketiga, dan yang terakhir, bahwa keterampilan teknis masih sangat mendominasi dan populer di kalangan kita, hal ini yang membuat masyarakat kita kurang mampu berpikir secara abstrak, reflective, dan melihat fenomena masyarakat dari berbagai sudut pandang secara objective. 

Bahwa kebudayaan berpikir secara evidence-based dan, suatu saat semoga ini bisa kita capai bersama, literature based bisa menjadi fondasi masyarakat kita dalam berpikir, mengolah informasi, mengambil sikap dan berperilaku dalam konteks sosial. 

Dalam konteks mengembangkan dan menelurkan ilmu pengetahuan baru (yang mana menjadi indikator negara maju), berpikir abstrak tentunya menjadi salah satu aspek yang sangat vital. 

Memang masih banyak bahwa yang lainnya dan kebetulan tiga hal di atas yang terlihat sangat vokal dan kentara ketika saya melihat merah putih dikibarkan pada selasa pagi

Saya tidak tahu seberapa besar efek priming yang dihasilkan oleh lagu tersebut, atau seberapa dalam saya mengingat kembali pengalaman saya saat dulu menjadi guru di gerakan IM. 

Tapi yang jelas, saat itu saya cukup menahan supaya air mata tidak menetes dari pipi sembari melihat merah putih dikibarkan hingga ke ujung tiang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun