Hal lain yang ikut diteliti adalah processing resource, high vs low. High processing resource berarti usaha yang dilakukan untuk memproses stimulus lebih optimal ketimbang low processing resource. Singkatnya, high processing resource adalah kondisi di mana kita sedang tidak dibebani pikiran yang ruwet dan kompleks (dalam studi ini processing resource dimanipulasi dengan cara mengingat jumlah digit angka hingga proses recall terjadi -- 7 digit angka untuk low dan 2 angka untuk high processing resource). Hasil dari penelitian menunjukan bahwa dalam kondisi high processing resource, chocolate cake akan lebih banyak dipilih. Penelitian lain juga menunjukan hal yang sama di mana chocolate cookies lebih diminati ketimbang salad ketika kita dibebani oleh tugas yang berat secara kognitif. Hasil ini menunjukan bahwa dalam kondisi high cognitive load (banyak pikiran) kita akan cenderung memilih wants (keinginan) daripada needs (kebutuhan). Padahal belum tentu yang kita inginkan tersebut sesuai dengan yang kita butuhkan.
Jadi apa yang bisa kita ambil dari penelitian ini? Kita mungkin pernah mengalami kondisi di mana sering ngemil ketika banyak kerjaan, makan junk food ketika lagi banyak tugas, atau selebrasi dengan makanan kesukaan kita setiap kali menyelesaikan sesuatu. Nah, konteks ini cukup familiar ya? Prinsip yang sama bisa kita terapkan ketika shopping -- jangan sampai kita ke supermarket/lokasi belanja/atau apa pun itu dalam kondisi penat dan banyak pikiran. Tapi tunggu dulu, bukan berarti kita tidak boleh belanja pada saat penat lho. Santai dulu, relax dulu, usahakan makan yang kenyang terlebih dahulu, berikan otak kita relaksasi singkat. Jika sudah agak tenang, baru belanja.
Semakin sibuk individu, semakin banyak proses kognitif yang sedang dialaminya, semakin rentan juga ia berpikir secara otomatis, emosional dan intuitif -- makanya, akan banyak bergantung pada proses system 1. Saya pikir, sikap konsumtif yang marak terjadi di lingkungan kita juga berkaitan dengan hal ini -- sikap konsumtif berkaitan dengan perilaku impulsive; secara sosial, masyarakat kita banyak disibukan dengan urusan untuk bertahan hidup dan mencari kehidupan yang layak. Nahh, makanya proses berpikir otomatis banyak digunakan dikarenakan menurunnya processing capacity. Impulsive dan konsumtif pun akhirnya marak terjadi. Kira-kira make any sense ga? I don't know juga sih ... it's just a thought.
Yang terakhir adalah, ini topik yang pernah saya teliti juga, sempatkan diri untuk terlibat dalam exercise secara rutin dan terjadwal (repeated exercise). Repeated exercise ini akan berfungsi sebagai self-control muscle. Dalam penelitian yang saya lakukan, saya melihat efek dari latihan bela diri di tiga kelompok yang berbeda: (1) kelompok yang rutin berlatih bela diri, (2) kelompok yang dulu pernah rutin berlatih bela diri namun sudah berhenti (quitters), (3) kelompok yang tidak pernah berlatih bela diri sama sekali. Hasil menunjukan bahwa berlatih bela diri menjadi prediktor individu terhindar dari perilaku impulsive terutama bagi mereka yang rutin berlatih bela diri dan pernah rutin berlatih bela diri di masa lalu. Terlebih lagi, semakin tinggi level/sabuk yang mereka capai dan/atau semakin sering dia berlatih juga menjadi prediktor terhindar dari perilaku impulsive di kelompok quitters. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian lainnya yang menunjukan bahwa bela diri membantu individu untuk fokus, disiplin, dan memperkuat self-control sehingga terhindar dari perilaku impulsive.
Manfaat lain dari exercise adalah olah tubuh yang juga memperlancar peredaran darah dan bermanfaat bagi tubuh. Ingat, otak juga bagian dari tubuh -- peredaran darah yang lancar akan membuat sel otak mendapatkan suplai darah segar sehingga memperlancar metabolisme sel otak. Hasilnya, sel otak terjaga kesehatannya.
Tentu saja, martial art hanya satu dari banyak jenis repeated exercise. Kita bisa menemukan sendiri exercise masing-masing, yang terpenting adalah exercise tersebut rutin dan terjadwal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H