Mohon tunggu...
Dimas Bayu Nugroho
Dimas Bayu Nugroho Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya jurusan Psikologi. Mendengarkan musik ditemani secangkir kopi adalah cara saya merehatkan diri sejenak dari hiruk pikuknya kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kesepian di Keramaian

16 November 2023   19:37 Diperbarui: 16 November 2023   20:09 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepi. Sepi menurut KBBI artinya sunyi, kondisi tidak ada orang. Kesepian berarti kondisi dimana kita merasa sunyi dengan keadaan atau merasa sendiri. Lawan dari kata sepi adalah ramai, yang artinya banyak orang, berisik (dalam konteks suara). Atau keramaian yang berarti kondisi banyak orang.

Sedih rasanya kita sebagai manusia yang selalu dianggap mahluk sosial jika merasa kesepian. Kita yang hidup dengn selalu berinteraksi dengan lingkungan sosial, gagal dalam berhubungan antar sesama manusia.

Banyak faktor yang membuat kita kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Kegagalan komunikasi membuat kita tidak punya teman, sehingga kuranglah orang yang bisa kita ajak komunikasi sesederhana menceritakan kejadian lucu tadi pagi.

Tentu dalam benak kita, orang-orang yang kesepian adalah mereka yang nampak murung, kurang bersosialisasi dan memiliki sedikit hingga tidak punya teman sama sekali.

Lantas mungkinkah seseorang dengan kemampuan komunikasi yang baik di lingkungan sosial, ceria, dan punya banyak teman merasa kesepian. Bukannya yang selama ini kita ketahui bahwa orang yang kesepian adalah dia yang tidak punya teman, murung, dan jarang berinteraksi sosial?

Kita sebut narasumber kita sebagai A. A adalah seorang remaja berumur sekitar 19 tahun saat artikel ini ditulis. Dia adalah remaja yang memiliki kemampuan sosial dan komunikasi yang cukup baik. Memiliki teman yang baik dan cukup banyak, dan nampak ceria saat berkumpul dengan teman-temannya. Menurut teman-temannya, A adalah sosok yang humoris, dan pendengar yang baik. Tak jarang beberapa temannya curhat ke si A tentang masalah-masalah yang mereka hadapi.

Lain dengan yang dirasakan A. setelah melakukan beberapa kali wawarncara, A mengaku sering merasa kesepian. memang menyenangkan punya banyak teman. Bisa nongkrong ke sana kemari dengan orang yang berbeda-beda. Melakukan hal-hal yang seru bareng teman. Atau sekedar mengobrol semalam suntuk bersama.

"untuk apa berteman sana sini kalo besok aku gw jatuh dari motor gak ada orang yang ngeh gw habis jatoh." Ujarnya. "macam kita nonton konser bareng-bareng, tapi pas gw jatoh keinjek-injek, mereka gak sadar". A mengaku sering mempunyai beberapa masalah yang sering mengganggu pikirannya.

Akan tetapi, A tidak pernah merasa hubungan pertemanannya cukup "dekat" atau "intim" untuk dia  curhat tentang masalah yang dia hadapi."gw emang sering dengerin temen-temen gw curhat. Gw juga pengen. Tapi gak bisa". Lantas apa yang membuat A berpikir demikian?

Dalam teori emosional psikososial, perkembangan emosional seseorang dipengaruhi oleh interaksinya terhadap lingkungan sosial. Erik Erikson menyebutkan terdapat 8 tahap perkembangan emosional. Salah satu tahapannya adalah Intimacy vs Isolaation

Tahapan Intimacy vs Isolation terjadi pada rentan umur 18 - 40 tahun. Menurut Erikson, pada masa perkembangan ini, individu akan membangun hubungan jangka panjang dengan orang lain atau hubungan yang lebih intim. Yang dimaksudkan disini adalah kedekatan hubungan seperti sahabat, pacar, dan lain-lain (Intimacy). Kegagalan dalam melewati fase ini membuat seseorang jatuh dalam kesepian hingga depresi (isolation).

A bercerita kalo dulu dia pernah mempunyai teman yang sangat dekat dengan dia. "kalo gw si nganggep dia sahabat, nggak tau kalo dia ke gw". Sosok sahabat si A ini dia ceritakan sebagai temannya yang paling dekat. Mereka sering nongkrong bareng, main ke rumah, jalan-jalan, dan lain-lain.

Namun karena satu dan lain, hubungan persahabatan mereka renggang. A enggan terlalu banyak menceritakan alasannya tapi yang pasti mereka tidak lagi sedekat dulu. "gw pernah coba buat curhat ke dia waktu gw lagi di titik terendah gw. Tapi dia sama sekali nggak merhatiin, malah coba alihin pembicaraan nya ke yang lain"

"Hidup terasa sepi sekarang. Mungkin orang lain liatnya gw seneng terus tiap harinya. Tiap hari ketawa sana kemari. Tapi tiap kali gw pulang kerumah, kepikiran lagi sama masalah-masalah gw. Dan siklus nya muter-muter gitu aja terus tiap harinya. Mungkin mereka juga gak peduli apa yang terjadi di dalam pikiran gw". Tuturnya

 Terakhir, A menyampaikan keresahannya "Gw ngerasa mereka cuman ngeliat gw sebagai alat mereka aja gitu. Alat buat bikin mereka ketawa, buat dengerin curhatan mereka. gw rasa kalo gw ngilang juga gak bakal dicariin. Ya mungkin sesaat aja mereka nangisin gw, selebihnya ya cari pengganti gw".

Kasus yang dialami A adalah satu contoh kegagalan di tahapan perkembangan emosional Intimacy vs Isolation. Walau berada ditengah lingkungan pertemanan, namun dia tidak merasakan kedekatan (intimacy) yang berarti.

Walau sekarang A dalam fase isolation, tidak menutup kemungkinan kelak dia membuka hati untuk mungkin terbuka dengan orang lain. Menahan masalah sendiri memanglah menyakitkan. Demikian juga dengan merasa kesepian di tengah keramaian. Tidak semua orang bisa menjadi pendengar yang baik. Hidup cukup menarik untuk dijalani. Tetap berusaha, stay strong, kelak kebahagiaan akan datang dengan sendirinya. Someday.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun