Penggunaan inokulum spora kapang (laru tempe) pada saat inokulasi memegang peranan penting pada keberhasilan produksi tempe. Penggunaan jenis dan jumlah laru berperan terhadap tempe yang dihasilkan. Penambahan laru tempe yang berlebihan akan mengakibatkan fermentasi tidak sempurna. Sebaliknya jika penambahan laru tempe kurang dapat mengakibatkan bakteri perusak tumbuh.
PengemasanÂ
Kedelai yang sudah diinokulasi dan bercampur dengan laru tempe kemudian dikemas. Jenis pengemas yang digunakan pada pengolahan tempe dapat berupa daun pisang atau kantung plastik. Beberapa persyaratan bahan kemasan untuk fermentasi tempe adalah sebagai berikut ini (Fung dan Cozier-Dodson, 2008). a. Permeabilitas terhadap oksigen cukup untuk pertumbuhan dan pembentukan miselium b. Suhu di dalam kemasan dapat dikontrol c. Kadar air kedelai dapat dijaga selama masa inkubasi d. Tidak ada kontak air bebas dengan kedelai e. Menjamin fermentasi tempe berlangsung dalam kondisi bersih dan baik
InkubasiÂ
Suhu, waktu, dan kelembaban relatif (RH) saat inkubasi adalah tiga faktor penting yang dapat mempengaruhi proses fermentasi tempe. Faktor lainnya yang juga dapat mempengaruhi proses fermentasi tempe adalah ketersediaan oksigen yang diperlukan oleh laru tempe untuk tumbuh. Selama proses inkubasi terjadi proses fermentasi yang menyebabkan terjadinya perubahan komponen kimia pada biji kedelai
 Dengan adanya BUMK pengelolaan tempe ini dapat meningkatkan sedikitnya angka penganguran di kampung pahlawan dan sedikit membantu perekonomian keluarga karena dari yang tidak ada pekerjan tetap sekarang memilki perkerjaan tetap. Di masa pandemi sekarang tempe menjadi makanan yang selalu dicari-cari oleh masyarakat kerena harganya yang relative murah dan sangat mudah untuk di cari karena banyaknya produksi tempe.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H